Makalah Ruang Lingkup Metodologi Studi Islam penulis antika wijayanti
Kamis, 03 September 2020
Tulis Komentar
Ruang Lingkup Metodologi Studi Islam
Antika Wijayanti
05
Institut Agama Islam Negeri Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A, Iringmulyo, Kota
Metro, Lampung 34111
E-mail: antikawijayanti13@gmail.com
Abstrak
Artikel ini membahas tentang
apa saja ruang lingkup metodologi studi Islam. Tidak hanya itu, dalam tulisan
ini juga akan membahas beberapa pengertian. Diantaranya pengertian ruang
lingkup, pengertian metodologi, pengertian Islam, serta pengertian studi Islam.
Secara singkat ruang lingkup adalah membahas tentang sejauh mana suatu masalah
akan dibahas. Metodologi ialah cara maupun metode yang dipakaiguna mempelajari serta
mendalami suatu ilmu pengetahuan. Sebuah metode atau pendekatan sangatlah
penting untuk memepelajari suatu ilmu pengetahuan karena metode menentukan maju
mundur nya suatu ilmu pengetahuan yang kita pelajari. Islam secara istilah
berarti agama yang ajarannya berintikan tauhid yang berasal dari Allah SWT. Melalui
Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia yang berlaku dimanapun dan kapanpun,
sertaajarannya meliputi segala aspek kehidupan manusia. Makna dari studi Islam
itu sendiri adalah melakukan kajian atau mengaji agama Islam dengan lebih
mendalam dengan menggunakan berbagai pendekatan keilmuan. Jadi, Islam selaku
objek studi bisa ditinjau dari tiga segi. Pertama, sebagai doktrin dari Tuhan
yang sesungguhnya,danditerima apa adanya. Kedua,sebagai gejala budaya,termasuk
pemahaman umat manusia terhadap doktrin agamanya. Ketiga, sebagai interaksi sosial,
yaitu tentang realitas umat Islam.
Kata Kunci
Ruang Lingkup,Metodologi,Islam,Studi
Islam
Abstract
This article discusses what the lower rooms of the
Islamic Study Room are. Not only that, in this paper some understanding will
also be discussed. Among them are understanding of scope, basic understanding,
understanding of Islam, and also understanding of Islamic studies. Briefly the
scope is to discuss the disturbances to be discussed. Methodology is the method
used to utilize and explore science. A method or approach that is very
important for understanding science because methods determine the progress of
knowledge knowledge that we learn. Islam in terms means religion that teaches
the core of monotheism which comes from Allah SWT. Through the Prophet Muhammad
SAW for human beings who apply wherever and whenever, and their teachings
Compose all aspects of human life. The meaning of Islamic studies itself is to
study or study the religion of Islam by using various scientific approaches. So,
Islam as the object of study can be viewed from three aspects. First, as a real
doctrine of God, and accept what is. Second, as a cultural symptom, including
human touch on the religious doctrine.Third, as a social interaction, namely
about the atrocities of Islam.
Keywordss
Scope, Methodology, Islam, Islamic Studies
Pendahuluan
Islam adalah agama yang ajarannya diwahyukan oleh Allah
SWT.Kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW.Sumber ajarannya meliputi berbagai
sumber kehidupan manusia.Islam merupakan agama yang terakhir dan sebagai
penutup semua agama yang telah ada.Islam kerap digunakan untuk kajian budaya
dikalangan masyarakat non muslim. Terkadang dalam memantau Islam kerap kali
terjadi pendapat yang berbeda dalam menerangkan apa itu Islam. Apabila dilihat
dari segi normatif, Islam ialah agama yang mengajarkan ajaran Allah SWT. Yang
berhubungan dengan akidah serta mu’amalah. Semntara itu apabila dilihat dari
segi historis, didalam Islam terdapat unsur sejarah serta unsur kebudayaan yang
terdapat dalam masyarakat.[1]
Untuk mengetahui Islam lebih mendalam maka
muncullah ilmu yang dinamakan Studi Islam. Secara sederhana, Studi Islam adalah
suatu hal yang mengacu pada pembelajaran tentang agama islam.[2]
Menurut Amin Abdullah, studi
Islam adalah suatu cabang ilmu yang mmpunyai kajian, metodologi, pendekatan,
dan beberapa teori. [3]
Untuk memahami dan memperdalam
tentang ajaran Islam kita perlu mempelajari ilmu Metodologi Sudi Islam.Apa itu
Metodologi Studi Islam?Dan apa saja ruang lingkup Metodologi Studi Islam?
Keduanya akan dibahas disini.
Pengertian
Ruang Lingkup
Ruang lingkup adalah
batasan,populasi atau subjek penelitian. Ruang lingkup menyatakan hal hal apa
saja yang akan dibahas dalam suatu pokok bahasan. Ruang lingkup juga dapat
diartikan sebagai luasnya subjek yang tercakup dari suatu
permasalahan.
Metodologi
Kata metodologi
berasal dari dua kata yaitu metode dan logos.Kata metode atau metoda
berasal daribahasaYunani.Secara etimologi,kata metode berasal darikatametha dan
hodos.Metha berartimelalui atau melewati, dan hodos berarti
jalan atau cara yang harus ditempuh untukmencapai suatu tujuan. Sedangkan logos
berarti ilmu.[4]Jadi
metodologi adalah ilmu yang mempelajari tentang suatu cara untuk mencapai
sesuatu.
Metodologi
adalah kajian tentang metode yang digunakan dalam suatu cabang ilmu untuk
memperoleh pengetahuan mengenai pokok persoalan dari ilmu tersebut.[5]
Metode
berhubungan dengan proses kognitif yang dituntut oleh persoalan yang terdapat
pada suatu bidang studi.Dapat
dikatakan bahwa metode adalah kombinasisistematik dari proses-proses kognitif,
dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.
Metodologi
adalah bidang penelitian yang berhubungan dengan pengkajian tentang metode yang digunakan
dalam mempelajari
gejala yang terjadi di
alam dan manusia.
Metode mempunyai peran yang penting dan menjadi salah
satu faktor penentu dalam kemajuan dan kemunduran dalam suatu ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, memilih metode yang tepat adalah penting dalam mempelajari
suatu ilmu pengetahuan, termasuk dalam kajian keislaman.
Sebuah metode ilmiah ialah
suatu aturan yang wajib diikuti oleh para pneliti dalam menjalan kan sebuah
pengkajian terhadap suatu permasalahan
yang harus ia kaji lebihn dalam. Sementara itu, metodologi penelitian dalam
studi Islam ialah suatu cabang keilmuan
yang membahas tentang cara dan metode yang akan diperuntukan secara sistematis
dalam meneliti, dan mempelajari ajaran dan pengetahuan dari sumber yang
terpercaya. Di dalam Al-Qur’an, suatu ajaran ilmu pengetahuan akan didapatkan
melalui wahyu, rasionalisme yang dilandasi akan pertimbangan dari beberapa
bukti. Bukti yang didapatkan atas sebuah eksperimen, dan bukti sejarah.[6]
Islam
Kata Islam pada
agama ini diberikan oleh Allah SWT. Dia menyatakan bahwa hanyalah agama Islam
sajalah yang Dia ridhoi-Nya serta barang siapa yang meyakini agama selain Islam
maka ia akan mendapatkan kerugian di akhirat kelak. Islam juga merupakan agama
yang telah sempurna sebagai sebuah ajaran dari-Nya dan tidak lagi membutuhkan
lagi ajaran selain dari ajaran Islam.[7]
Al-Islam secara etimologi
berarti tunduk. Islam berasal dari kata salimayang
berarti selamat. Dari kata tersebut, terbentuk kataaslama yang berarti
berserah diri, tunduk, ataupun patuh.[8]
Berdasarkan terminologis
(maknawi atau istilah) dapat dikatakan bahwa Islam ialah agama wahyu yang
intinya tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT. Kepada manusia
melalui Nabi Muhammad SAW Sebagai utusannya yang terakhir dan berlaku untuk
seluruh umat manusia, dimanpun dan kapanpun, yang ajarannya meliputi seluruh
aspek kehidupan manusia.
Makna-makna Islam secara
bahasa antara lain: Al Istislam (berserah diri), As Salamah (suci bersih), As
Salamah (selamat dan sejahtera), As Silmu (perdamaian), dan Sullam (bertahap).
Ada dua katagori
hal yang dapat digunakanuntuk memahami makna dari kata Islam diantaranya:
Secara etimologis
(kebahasaan), kata Islam berasal dari kata aslama, yuslimu dan islaman (bahasa Arab) yang
masing-masing dari mereka memiliki makna:
Aslama bermakna melepaskan diri dari segala bentuk penyakit baik
penyakit lahiriah serta penyakit batiniah.
Yuslimu bermakna
kedamaian, keamanan, serta ketentraman.
Islamanmemiliki makna meminta permohonan agar selamt dunia
maupun akhirat dan memohon kesentosaan.
Kata Islam juga berasal dari
kata salima yang berarti selamat,sentosa, aman, aman, dan kedamaian.
Manusia yang memiliki sifat
sifat diatas disebut seorang muslim, atau juga bisa diartikan bahwa muslim ini
adalah sebutan untuk mereka mereka yang beriman dan memeluk agama Islam.
Secara etimologis
(istilah) Islam memiliki makna yang dekat dengan din yang
menguasai, patuh dan menundukan. Dengan
demikian,arti dari Islam maupun din adalah membawa peraturan yang harus
dipatuhi, dan mengusai manusia untuk senantiasa tunduk kepada Allah SWT. Dan
menjalankan segala yang telah di syariatkan.[9]
Dalam
kehidupan masyarka, memang tidak terlepas dari suatu nilai keluhuran yang biasa
disebut dengan agama. Hal ini dikarenakan agama merupakan pedoman kehidupan
yang mengajarkan akan nilai nilai hidup yang memang diyakini oleh para
penganutnya. Menurut KBBI, Agama adalah suatu sistem yang mengatur tata
ktaqwaan dan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat akan tata aturan
yang tentang hubungan antara manusia dengan manusia yang ada di lingkungan
disekitarnya.[10]
Studi Islam
Secara sederhana, Studi Islam
adalah suatu hal yang mengacu pada pembelajaran tentang agama islam.Studi dapat
diartikan sebagai pengkajian terhadap agama islam melalui beragam pendekatan
keilmuan.
Studi Islam secara etimologis
merupakan terjemahan dari bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Sedangkan di Barat
dikenal dengan istilah Islamic Studies. Maka secara harfiah studi Islam adalah
kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Istilah studi Islam itu
sendiri adalah meliputi pengkajian tentang Al Quran, Al Hadis, figh,
pendidikan, dan tasawuf. Studi Islam diarahkan pada kajian keislaman yang mengarah
pada tiga hal yaitu: Islam yang mengarah pada ketundukan dan berserah diri,
Islam dapat dimaknai yang mengarah pada keselamatan dunia dan akhirat, serta
Islam bermuara pada kedamaian.
Studi Islam bertujuan untuk
mempelajari memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar kita
dapat melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar.
Studi Islam mempunyai
kedudukan paling tinggi dan paling utama, karena pendidikan ini menjamin untuk
memperbaiki akhlak mereka dan mengangkat kita ke derajat yang tinggi, serta
berbahagia dalam hidup dan kehidupannya.
Pada umumnya studi Islam tidak
bisa disangkal keberadaanya, akan tetapi ahli ahli ilmu pengetahuan berfikir
bahwa studi Islam tidak dapat termasuk dalam cabang ilmu pengetahuan, karena
dilihat dari bidang karakteristiknya berbeda. Sebagai contoh dalam ilmu
pengetahuan manusia berawal dari kera, sementara itu pada studi Islam manusia
berawal dari Nabi Adam AS.[11]
Ruang Lingkup Metodologi Studi
Islam
Ruang lingkup metodologi studi
Islam ialah membahas tentang luasnya cakupan dari Metodologi Studi Islam. Islam
sebagai objek studi dapat dilihat dari tiga sisi diantaranya:
Islam Sebagai Doktrin
Islam sebagai doktrin dari
Allah SWT. Yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dan diterima apa
adanya. Sisi doktrin merupakan suatu keyakinan atas sebuah kebenaran.
Doktrin berasaldari bahasa
inggris doctrine yang berarti ajaran atau norma yang diturunkan Allah SWT.
Ataupun juga bisa dibilang doktrin adalah pemikiran mendalam dan filosofisyang
diyakini mengandung kebenaran.
Suatu agama adalah sebuah
lambang dari kenyataan bahwa ia berasal dari Yang Mutlak, lambang dari wujudnya
sendiri sebagai suatu cara hidup yang menyeluruh.
Sebagai mana diketahui dalam
al-Qur’an mengajarkan sebuah prinsip bahwa semua makhluk dilahirkan dalam
keadaan fitrah, begitu pun dengan keyakinan agama. Fitrah adalah sesuatu yang
melekat pada diri manusia yang terbawa dari sejak kelahirannya. Dalam kajian
Islam fitrah tersebut adalah berserah diri, tunduk, taat, dan patuh. Sikap
tersebut bukan hanya merupakan ajaran Allah kepada hamba hamba-Nya, namun juga
diajarkan oleh-Nya dengan dihubungkan kepada kehidupan manusia itu sendiri.
Iman kepada Allah SWT. Adalah
doktrin utama dalam Islam yang tidak bisa diganggu gugat dan tidak dapat
ditawar-tawar lagi.[12]
Manusia diciptakan oleh Allah
SWT. Tidak bisa terlepas dari agama. Allah SWT. Menciptakan seperti itu
dikarenakan agama adalah kebutuhan hidup manusia. Karena prinsip inilah setiap
manusia dijuluki sebagai homo
religious.[13]
Dua unsur iman yaitu keyakinan dalam hati, dan
pengucapan dengan lisan, dan disempurnakan dengan unsur yang ketiga yaitu
perbuatan.
Karena keyakinan agama
merupakan hasil pencarian dari dan perenungan setiap individu, Islam tidak
membenarkan setiap gagasan atau tindakan yng mengarah pada paksaan suatu
keyakinan atau kepercayaan.
Islam mengakui hak hidup agama
lain dan membenarkan pemeluk agama lain untuk menjalankan ajaran agama lain.
Aktivitas umat beragama harus
ada dalam kategori penyerahan diri
mereka hanya kepada Allah SWT. Dan amal soleh. Hal ini berarti bahwa para
pemeluk Agama Islam di tantang agar senantiasa berlomba-lomba berbuat kebaikan
dalam bentuk yang nyata, yang dipelopori penyerahan diri mereka hanya kepada
Allah SWT.
Islam juga mengajarkan kepada
umat muslim untuk para Nabi dan Rasul. Tidak hanya kepada Muhammad SAW tetapi
juga kepada yang lainnya sejak yang pertama hingga akhir. Keimanan secara
globalini mengajarkan bersikap netral terhadap segala kemungkinan yang terjadi
seperti penyelewengan atas suatu ajaran agama sehingga terjadi perbedaan akan
pemahaman dari satu sama lainnya,terutama pada hal-hal yang
bukan
prinsip.
Menurut Nurcholish
Madjid, hanif ialah perilaku
alamiah yang dimiliki manusia yang akan selalu memilih pada suatu kebenaran,
hal ini merupakan hasil dari fitrah
manusia yang mmang suci serta bersih. Arti yang seperti ini sejajar
dngan pemaknaan Rabbaniyah yang
terdiri atas sikap pribadi yang secara sungguh sungguh mengerti adanya Tuhan
dan berusaha menaati segala perintah-Nya. Olh sebab itulah, Nabi dan Rasul
selalu membawa pesan moral yang bertujuan membentuk suatu sikap masyarakat yang
baik secara lahiriah dan batiniah.[14]
Islam Sebagai Gejala Budaya
Kebudayaan atau budaya berasal
dari kata budaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan,dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan bersifat abstrak.
Pada hakikatnya kebudayaan
hanya dimiliki oleh manusia. Dengan adanya kebudayaan, manusia akan menciptakan
suatu pola pikir, pengetahuan, dan norma yang lebih maju dari sebelumnya.
Dengan demikian, kebudayaan merupakan suatu rekayasa manusia yang menciptakan
suatu tingkah laku dan gerak.
Islam lahir bukan dari
kebudayaan melainkan dari Allah SWT. Dan kebudayaan yang lahir dari Islam
disebut kebudayaan Islam. Sehingga hasil dari kebudayaan Islam adalah
terlahirnya tatanan masyarakat yang baik, menjunjung tinggi ilmu pengetahuan,
dan dapat berkembang pesat, sehingga dapat menghapus kebodohan .
Pembicaraan tentang Islam
dalam diskusi kebudayaan selalu mmenjadi sesuatu yang menarik untuk kita bahas.
Menurut Amer Al-Roubai, Islam bukan merupakan hasil dari produk budaya.Akan
tetapi, Islam merupakan pembangun sebuah budaya pada suatu peradaban. Banyak pula
pendapat yang menyatakan bahwa agama merupakanbagian dari kebudayaan, akan
tetapi ada pula yang berpendapat bahwa kebudayaan merupakan hasil dari agama.
Dengan demikian, kita dapat mulai meletakan Islam dalam kehidupan sehari-hari .
Kita juga bisa membangun kebudayan Islam atas dasar landasan keislaman pula.
Jadi Islam mempunyai dua
aspek, yaitu segi agama dan segi kebudayaan. Oleh karena itu, ada Agama Islam
dan ada pula kebudayaan Islam. Namun, antara keduanya dapat dibedakan, akan
tetapi dalam Islam keduanya tidak dapat dipisahkan. Dan diantara kedua hal
tersebut semuanya membentuk sebuah integrasi.[15]
Agama dan kebudayaan dapat
saling mempengaruhi satu sama lainnya,karena keduanya adalah nilai dan simbol.
Agama merupakan simbol ketaatan kita terhadap Tuhan. Sedangkan kebudayaan
adalah supaya manusia dapat menjalankan hidup dengan lingkungan disekitarnya.
Jadi kebudayaan agama merupakan simbol yang dapat mewakili agama.
Didalam Islam sendiri
dikendldengan yang namanya zona-zona kebudayaan, dan setiap zona memiliki ciri
khas tersendiri. Namun para ahli telah menyepakati terkait dengan kebudayaan
Islam, bahwa berkembangnya kebudayaan menurut Agama Islam bukanlah bebas akan
nilai, tetapi terikat akan nilai-nilai . Keterikatan tersebuttidak hanya
terbatas pada nilai insani akan tetapi dapat menembus pada nilai-nilaiilahi
yang merupakan pusat dari sebuah nilai. Nilai Ilahi yakni keimanan kepada Allah
SWT. Dan iman dapat mewarnai segala aspek kehidupan umat manusia atau
memengaruhi nilai-nilai Islam itu sendiri.
Islam Sebagai Interaksi Sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat,
tidak akan pernah terlepas dari nilai nilai luhur yang biasa disebut dengan
istilah Agama. Karena Agama merupakan pedoman hidup, yang mengajarkan manusia
akan nilai kehidupan yang diyakini oleh setiap umat pemeluknya. Oleh karena
Islam merupakan agama yang diyakini oleh sebagian besar masyarakat di Indonsia,
maka Islam telah menjadi sebuah agama mayoritas di Indonesia.
Dalam catatan sejarah Islam,
berbagai berbagai aliran mulai bermunculan setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw.
Hal ini dikarenakan banyak umat Islam yang memiliki pandangan yang berbeda
dalam menginterprestasikan Islam dengan mendirikan lembaga atau organisasi yang
digunakan sebagai penampung wadah-wadah keyakinan.
Di Indonesia juga terdapat
beraganm aliran atau organisasi sosial keagamaan. Dan masing-masing mereka
telah berkembang ditengah-tengah masyarakat dan telah memiliki pengikut
tersendiri.
Akan tetapi meskipun terdapat
banyak perbedaan dalam keyakinan beragama, kehidupan yang dijalani masyarakat
berjalan dengan damai dan harmonis. Dalam hal ini keharmonisan dapat terwujud
dengan terwujudnya masyarakat yang memiliki kesadaran akan adanya keberagaman
dalam setiap aspek kehidupan.[16]
Adapun hal yang dapat
menunjang terwujudnya kehidupan yang harmonis ialah didalam diri setiap
individu tertanamkan sikap ataupun rasa toleransi terhadap sesama umat manusia.
Dalam kehidupan bermasyarakat,
interaksi sosial merupakan hal yang nyata. Hal ini karena semua tidak terlepas
dari hakikat manusia sebagai makhluk sosial, yang pada kenyataannya harus
saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, ataupun kelompok yang satu
dengan yang lainnya.Adanya interaksi pada individu menunjukan adanya perubahan
pada individu tersebut yang dinamis.
Terwujudnya suatu interaksi
sosial tidak terlepas dari dua syarat terjadinya interaksi yaitu
kontak sosial dan komunikasi.
Kontak sosial adalah hubungan
antar manusia ataupun kelompok yang terjadi tanpa harus bersentuhan. Dalam
kontak sosial terdapat hubungan yang akan saling mempengaruhi satu sama lain
yang pada akhirnya akan membentuk suatu pola interaksi sosial.Kontak sosial
yang terjadi ditengah masyarakan dapat berupa kontak sosial primer dan kontak
langsung sekunder.
Kontak langsung primer adalah
kontak langsung yang terjadi individu atau kelompok berhubungan tanpa perantara
atau bertemu secara langsung.
Sedangkan kontak langsung
sekundr adalah kontak langsung yang terjadi apabila individu atau kelompok
berhubungan dengan melalui perantara.
Syarat yang kedua terjadinya
sebuah kontak sosial adalah adanya komunikasi, karena kontak sosial tidak akan
memiliki makna tanpa adanya komunikasi.Komunikasi adalah suatu proses penyampain informasi atau pesan
kepada penerima pesan atau informasi. Inti dari proses komunikasi adalah
informasi atau pesan yang disampaikan
kepada penerima pesan atau informasi melalui media yang dugunakan .
Dalam proses komunikasi akan terjadi berbagai penafsiran atau tingkah laku
penerima pesan atau informasi, dalam proses menyampaikan dan menerima pesan
atau informasi yang merupakan timbal balikdalam suatu proses interaksi.[17]
Metode atau Pendekatan untuk
Mempelajari Kajian Islam
Didalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Pendekatan ialah suatu proses untuk mendekati; Usaha
untuk pekerjaan yang meneliti sesuatu yang akan diteliti. Jadi dapat dikatakan
pula, pendekatan merupakan suatu kegiatan untuk mendekati sesuatu hal.
Pendekatan dalam proses pembelajaran atau pendidikan adalah proses pembelajaran
dengan cara mendekati pelajaran tersebut guna mempermudah proses masuknya ilmu
kedalam otak kita. Apabila dalam proses pembelajaran metode digunakan sebagai
cara untuk mengajar,maka pendekatan digunakan
sebagai perantara yang digunakan untuk membantu metode tersebut untuk
menuju keberhasilan. Faktor keberhasilan dari sebuah metode pendekatan ada
banyak. Diantaranya ialah ketepatan dan kesesuaian dengan materi yang akan kita
sampaikan. Oleh sebab itulah baik pendekatan maupun metode yang kita gunakan
dalam proses pembelajaran dapat
dikatakan sesuai target apabila dapat mencapai apa yang kita harapkan.[18]
Terdapat beberapa
pendekatan yang terdapat dalam studi Islam.
Armai Arief berpendapat bahwa
pendekatan dalam proses pendidikan terdiri dari lima, yaitu :
Pendekatan Filosofis, menurut
pendekatan filosofis studi Islam memiliki arti sebagai kajian tentang proses
pendidikan yang dilandasi atas nilai ajaran Islam menurut sudut pandang
filosofis. Menurut pendekatan filosofis manusia merupakan makhluk rasional dan
juga seorang pemikir. Karena itulah mengapa
apapun yang menyangkut dengan perekembangan di dunia ini berhubungan
dengan sejauh mana pemikiran manusia saat itu. Terkait dengan hal ini Al Qur’an
adalah sebuah motivator untuk manusia itu sendiri, agar dapat menggunakan ilmu
dengan sesuai untuk mencari hakikat dirinya sebagai seorang khalifah di bumi.
Pendekatan filosofis ini bertujuan agar kita bisa mempergunakan pemikiran kita
dengan sebaik-baiknya.
Pendekatan Induksi-Deduksi.
Pendekatan Induksi ialah pendekatan yang
dianalisa dengan cara ilmiah, berlawanan dengan kaidah, dan diperuntukan guna
menentukan hukum umum. Tujuan dari pendekatan ini ialah guna melatih untuk kita
terbiasa dengan fikiran ilmiah. Sementara itu pendekatan deduksi merupakan
kebalikannya. Yaitu berfikiir dengan cara analisa ilmiah yang bergerak dari
umum ke khusus. Pendekatan ini banyak digunakan pada logika klasik oleh
Aristoteles. Tujuan dari pendekatan deduksi adalah untuk bu=isa menarik
kesimpulan yang tepat dari berbagai data yang telah dianalisis.
Pendekatan Sosio-Kultural, merupakan
pendekatan yang bertumpu pada pendapat bahwa manusia merupakan makhluk yang
berbudaya. Pada hakikatnya pula manusia itu sendiri merupakan makhluk sosial
yang tidak bisa hidup tanpa bantuan dari makhluk lainnya. Pendekatan
sosio-kultural ini memang sangat cocok untuk membentuk suatu karakter
kebersamaan.
Pendekatan Fungsional,
merupakan pendekatan yang mementingkan aspek kognitif juga kepentingan
kelangsungan hidup masyarakat di masa mendatang.
Pendekatan
Emosional. Secara terminologi,
pendekatan emosional ialah usaha untuk membangun perasaan serta emosi guna
menghayati ajaran agama Islam. Melalui pendekatan ini akan dapat menyentuh
rohani dan akan membuat kita menjadi bersemangat dalam menjalankan ibadah. Hal
ini dikarenakan seseorang manusia yang disentuh perasaannya maka emosinya juga
akan terpancing. Maka dari itu pendekatan emosional berperan penting dalam
pembentukan kepribadian seseorang.
Adapun beberapa metode dalam kajian Islam
Metode Bayani, adalah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk
mempelajari dan mengkaji ilmu melalui penjelasan yang berada di Al Qur’an dan
Assunnah guna mencari pesan pesan yang terdapat didalamnya. Maka dari itu
metode bayani dibutuhkan guna memahami isi dari wahyu Allah SWT. Selain dari
pada itu metode bayani juga dibutuhkan untuk membuktikan bahwa wahyu Allah SWT.
Memang mengandung suatu pesan dan nilai yang harus diulas secara baik dan
benar. Pembuktian kandungan Al-Qur’an dan Assunnah pada metode bayani pada dasarnya
bisa dilakukan dengan menggunakan perangkat metodologis yang sudah disepakati
oleh ulama ulama. Ulama ulama ahli tafsir sudah menyusun perangkat metodologis
berbentuk rumusan ataupun susunan kaidah penafsiran ayat Al-Qur’an. Para ulama
ahli hadist juga telah menyusun perangkat metodologis berupa rumusan tentang
kaidah penafsiran hadist Nabi Muhammad SAW.[19]
Dan begitu pula dengan para ulama ahli fiqh sudah menyusun perangkat
metodologis yang berisi kaidah ushuliyah, kaidah ma’nawiyah,serta
kaidah fiqh.
Dalam metode bayani, ayat ayat Al-Qur’an
,sunnah, dan juga ilmu fiqh telah dibedakan kedalam beberapa kategori seperti
contohnya ayat muhkmat dan mutsayabihat. Dan selanjutnya ditinjau
dari bagian kebahasaan Al Qur’an dan Assunnah.Kemudian dari bentuk lafaz ada
pula yang dilihat dari cakupan makna.Beberapa pengelompokan tadi, pada
metode bayani sngat dibutuhkan guna mencari pesan pesan yang terkandung didalam
ayat Al Qur’an dan Assunnah, baik guna memahami permasalahan ilmu fiqh, teori
teologi, filosofis maupun tasawuf. Hal ini dikarenakan Al Qur’an merupakan
sumber dari segala ilmu pengetahuan. Karena sebab itulah para peneliti
beranggapan bahwa metode bayani digunakan guna memahami konsep yang ada didalam
ayat ayat Al Qur’an dan Assunnah.
Pada gilirannya,
seperti dikemukakan oleh Muslimin dalam Mulyadhi Kartanegara, di era modern dan
kontemporer, metode bayani ini telah dikembangkan oleh para pemikir
Islam lebih maju dan komunikatif dengan kondisi kekinian, bahkan keakanan.
Mereka telah mencoba menghubungkan formulasi-formulasi atau kaidah-kaidah yang
ada dalam ilmuushul al-fiqh, ulum al-Qur`an dan ‘ulum al-hadits dengan
kondisi kekinian yang dihadapi oleh masyarakat muslim.
Metode burhani. Metode burhani adalah suatu metode penelitian atau
penemuan ilmu yang mengandalkan kemampuan berpikir logis, dengan kaidah-kaidah
tertentu yang disusun secara runtut dan sistematis.Metode semacam ini tentu
saja dilakukan untuk memahami suatu objek ilmu (ontologi) yang non-fisik.Sebab
itu, dalam metode penelitian ini, akal sangat berperan.Kendatipun demikian,
untuk menjadikan metode burhani ini menjadi suatu metode yang akurat
dalam penemuan suatu ilmu, haruslah dipenuhi syarat-syarat atau kaidah-kaidah
tertentu.Mengikuti para filosof Yunani, para ahli logika Muslim telah menyusun ‘Ilm
al-Mantiq, yang bermuatan kaidah-kaidah berpikir yang benar.[20]Dengan mengikuti apa yang dirumuskan oleh Aristoteles, para
pemikir Islam telah menemukan lima macam metode, yang disebutnya hujjah
‘aqliyah, seperti terihat dalam bait-bait yang digubah oleh Abdur
Rahman ibn Muhammad ash-Shaghir al-Akhdhari, salah seorang ahli mantiq abad ke
sepuluh, dalam kitabnya as-Sullam Metodologi Penelitianal-Munawraq fi ‘Ilm al-Manthiq. Ada lima macam hujjah, yang berperan sebagai
metode penemuan ilmu dalam logika, yaitu:
Pertama,
khithabiyah, yakni hujjah atau
metode penemuan yang disusun dari muqaddimah-muqaddimah dengan bersandar kepada
orang-orang yang dipercaya, baik sebagai penasehat atau ulama atau tokoh
masyarakat.
Kedua, syi’ir, yakni hujjah atau metode penemuan ilmu yang disusun dari
muqaddimah-muqaddimah yang dapat membangkitkan gairah seseorang atau
sebaliknya.
Ketiga,
burhan, yakni hujjah
atau metode penemuan ilmu yang disusun dari muqadimah-muqaddimah yang
meyakinkan untuk menghasilkan sesuatu yang meyakinkan.
Keempat,
jadal, yakni hujjah
atau metode penemuan ilmu yang disusun dari muqaddimah-muqaddimah yang
terkenal, sudah diakui oleh orang banyak. Tujuannya adalah Ilzam
al-khasham (berargumentasi dalam ber-mujadalah, mempertahankan
tindakannya).
Kelima,
disebut safsathah, yakni
hujjah atau metode penemuan ilmu yang disusun dari muqaddimah-muqaddimah
wahmiyah (yakni seakan-akan benar), tetapi sesungguhnya tidak benar.
Dari
lima macam metode logika (manthiq) di atas, metode demonstratif (metode burhani)
sajalah yang dipandang para filosof sebagai metode logika yang paling dapat
dipercaya. Sebab, metode burhani inilah logika yang
kebenarannya dapat teruji, mengingat ia telah memenuhi unsur-unsur yang
diperlukan dalam metode berpikir yang benar.
Adapun yang dimaksudkan
dengan metode burhani adalah metode logika yang digunakan untuk menarik
kesimpulan dari premis-premis yang telah diketahui, sehingga menghasilkan
kesimpulan, berupa pengetahuan atau informasi baru yang sebelumnya belum
diketahui.
Menurut keyakinan para filosof,
kesimpulan yang diambil tersebut adalah benar, karena berkorespondensi dengan
kenyataan, dengan syarat bahwa premis mayor dan minornya merupakan proposisi
yang kebenarannya tidak diragukan.Oleh karena itu, metode burhani telah
diperankan dalam perkembangan pemikiran filsafat Islam, yang hingga saat ini
masih dianggap sebagai alat yang masih bisa diandalkan, bahkan diyakni dapat
digunakan untuk memahami pemikiran dan filsafat modern serumit apapun.[21]
Pada gilirannya, metode burhaniyah ini berkembang
dalam berbagai bentuk metode penalaran atau metode ijtihad, baik yang berpola
penalaran deduktif (istinbathi) maupun yang berpola penalaran induktif (istiqra`i).Pola-pola
semacam ini, sesungguhnya telah dimulai oleh para ulama atau pemikir Islam,
kemudian dapat dikembangkan oleh generasi selanjutnya, termasuk
kita sekarang ini.
Metode tajribi.Metode tajribi merupakan sebuah metode penelitian
atau eksperimen yangtidak hanyamembuat kemampuan berpikirsecara logika, namun juga
dilanjutkan dengan tindakan eksperimen, observasi ataupunbanyak bentuk metode
yang biasa disebut sebagai metode penelitian ilmiah pada saat ini.
Ilmuwan-ilmuwan Islamsudah menggunakan metode tajribi ini dengan baik dan sungguh-sungguh. Ilmuwan muslim ini juga sudah melakukan peninjauan-peninjaun
terhadap objek-objek fisik, baik yang berada pada level teoritis, yaitu yang melakukan studi mendalam dan kritis
terhadap karya-karya ilmiah para filosof dan ilmuwan Yunani, seperti astronomi,
kedokteran dan masih
banyak lagi, ataupun pada level-level praktis, yakni melakukan berbagai eksperimen guna membuktikan kebenaranpada sebuah
teori tertentu maupun menciptakan teori yang belum ada sebelumnya.
Metode
tajribi ini, pada gilirannya di kalangan pemikir dan umat Islam kurang
berkembang, bahkan betul-betul memprihatinkan, suatu keadaan yang sangat jauh
dari yang diharapkan. Hal ini mengingat generasi pemikir Islam yang terdahulu telah
memberikan contoh yang luar biasa dalam penelitian dengan metode tajribi ini,
maka para pemikir dan ulama generasi muda zaman sekarang harus dibangkitkan
kembali guna mencari ‘ilmu yang hilang itu’ dan memaksimalkannya. Terlihat bahwa dalam konteks ini, benar jika ungkapan al-hikmah dhallatulmukmin telah
terjadi di kalangan umat Islam.
Metode tajribi di kalangan umat
Islam, berbanding terbalik dengan para pemikir dan ahli di dunia Barat.Mereka sudah melakukan dan mengembangkan metode ini
dengan baik, sehingga di dunia mereka ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang begitu pesat.Meskipun, mereka secara perlahan sudah melepaskan diri dari metode bayani seperti
terlihat dari ‘terpisahnya’ gereja dengan ilmu pengetahuan.[22] Mereka
juga melepaskan dari metode burhani seperti terlihat ‘larinya’ mereka
dari ‘rasionalisme’ menuju ‘empirisme’, sembari memfokuskan diri para metode tajribi.
Saat ini, metode penelitian atau penemuan ilmu dalam bentuk
metode tajribi ini, sangat berkembang pesat di dunia Barat, baik penelitian
kualitatif maupunyang paling mencolok kuantitatif. Metode penelitian tajribi
ini telah disusun secara lebih sistematis dan runtut, seperti dapat dilihat
dalam buku-buku metodologi penelitian.
Metode ‘Irfani. Metode ‘irfani adalah suatu metode
penelitian atau penemuan ilmu yang mengandalkan at-taqartub ila Allah atau
al-Ittishal bi al-ilahi, dengan melakukan langkah-langkah tertentu,
mulai dari tindakan persiapan-persiapan (isti’dad), dalam bentuk tazkiyah
an-nafs (membersihkan diri dari segala kekotoran jiwa) dalam rangka
menyambut sinar kebenaran yang hadir secara langsung ke dalam hati, tanpa
melalui simbol dan atau presentasi.
Sedangkan teknik dalam
metode ‘irfani ini adalah dengan melakukan riyadhah, yaitu
latihan-latihan dalam arti melakukan amalan-amalan secara terus menerus dengan
cara-cara tertentu. Umpamanya, dengan melakukan secara rutin hal-hal sebagai
berikut: membaca Al-Qur`an, wirid-wirid dengan asma` al-husna, tasbih,
tahmid, takbir, tahlil, hauqalah, shalawat, baik secara individu maupun
secara kelompok dengan mengikuti mursyid, seperti terlihat dalam
berbagai kelompok thariqat. Dengan langkah-langkah dan teknik-tenik
tersebut di atas, umpamanya, maka akan hadir kebenaran di dalam hati secara
langsung, tanpa melalui perantaraan apapun, baik itu berupa simbol, konsep
maupun representasi. Paradigma metodologis semacam ini biasa dikenal sebagai
epistemologi atau metode ‘irfaniyah, yang biasa digunakan oleh para sufi atau
teosofer Muslim.
Dewasa ini, dalam rangka
menumbuh-kembangkan lagi aspek spiritual kaum muslimin yang sekarang sudah
semakin menjauh dan terpengaruh dengan kapitalisme, duniawiyah, metode ‘irfani
ini sudah selaiknya dikembangkan secara baik, dengan mewujudkan dan
mengghairahkan kembali generasi melakukan cara-cara dan teknik-teknik yang
dianggap dapat pendekatkan diri kepada Allah, dengan berbagai bentuknya yang
sesuai atau minimal tidak keluar dari uswah hasanah dari Rasul.[23]
Bila dianalisis dengan perspektif metode lain, maka tentu
saja validitas metode ‘irfani ini dipertanyakan. Dalam pandangan metode bayani,
validitas metode ‘irfani masih diragukan, karena sangat liberal,
tidak mempedomani teks-teks (nash-nash) yang bersumber dari otoritas.
Sedangkan dalam pandangan metode burhani dan metode tajribi,
validitasnya diragukan, karena proses pencarian pengetahuan tidak berdasarkan
aturan atau kaidah logika dan tidak berdasakan data empirik. Memang, metode dan
pengetahuan ‘irfani tidak dapat di-bayani-kan, juga tidak dapat
di-burhani- kan atau di-tajribii-kan, sebagaimana metode dan
pengetahuan bayani dan burhani dan tajribi tidak dapat di-’irfani-kan.[24]
Dalam mengkaji agama Islam juga terdapat beberapa metode
diantaranya:
Metode Teologis
Metode atau pendekatan teologis adalah pendekatan
kewahyuan atau bisa disebut pendekatan keyakinan. Abudin
Natamengatakan bahwa aliran teologi yang satu begitu yakin dan fanatikbahwa
pahamnyalah yang paling benar sedangkan paham yang lainnyasalah, sehingga
memandang paham orang lain tersebut keliru, sesat,
kafir, murtad, dan seterusnya.[25]Pendekatan seperti ini biasanya
digunakandalam sebuah peneliyian yang mengkaji suatu agama yang
diyakini peneliti tersebut untuk mendapat kan suatu kebenaran tentang agama
yang ia yakini. Penelitian teologis biasanya berupa sebuah penelitian yang
dilakukan oleh para ulama terhadap suatu permasalahan yang biasanya mereka
dapatkan dari pertanyaan para jamaah. Hal ini biasanya dilakukan untuk membuktikan
kebenaran dan penguatan serta mencari landasan yang akurat dari suatu mazhab
yang sudah ada.[26]Pendekatan
teologis merupakan pemahaman yang menggunakan ilmu ketuhanan dari
suatu keyakinan bahwa kebenaran dari suatu agama dianggap yang paling benar dibandingkan
dengan yang lainnya.
Loyalitas terhadap kelompok
masing-masing, komitmen, dan dedikasi yang tinggi merupakan ciri khas yang
terdapat pada pemikiran teologis. Pendekatan teologis pada suatu paham
keagamaan adalah pendekatan yang mengacu pada formasi atau simbol keagamaan
yang berpendapat bahwa dirinyalah yang paling benar sedangkan yang lain adalah
salah. Dengan keadaan yang demikian, maka terjadilah saling menyalahkan satu
dengan yang lainnya.
Jadi
pada dasarnya pendekatan teologi tidak semata-mata dapat memecahkan masalah
esensial pluralitas agama yang saat ini terjadi. Lembaga sosial kemasyararakatan yang
menyartainya menambah berbelit permasalahan yang dihadapi oleh umat beragama.
Namun
meskipun demikian, bukan berarti kita tidak memerlukan pendekatan teologi dalam
memahami Agama. Karena tanpa adanya pendekatan teologis, keagamaan yang dianut
seseorang akan mudah hilang hangus serta tidak jelas kelembagaan.
Pendekatan
teologis berfungsi untuk mengawetkan suatu ajaran dan berfungsi untuk pembentukan
karakter para pemeluk agama tersebut guna membangun umat yang ideal sesuai
dengan pesan dasar suatu agama. Sikap eksklusifme teologis dalam kita memandang
perbedaan dan pluralitas tidak hanya dapat merugikan agama lain tetapi juga
merugikan diri sendiri. Karena sikap seperti itu dapat mempersempit otak kita
untuk menerima kebenaran baru yang dapat menjadikan pikiran kita lebih lapang
dan kaya akan ilmu pengetahuan.
Metode Historis
Sejarah atau Historis adalah
suatu cabang ilmu pengetahuan yan membahas tentang suatu peristiwa yang
memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, dan latar belakang dari sebuah
peristiwa. Menurut historis segala sesuatu peristiwa dapat dilacak dengan
melihat dari kapan peristiwa itu terjadi, dimana, dan siapa saja yang terlibat
dalam suatu peristiwa tersebut.
Dengan pendekatan historis
seseorang dapat diajak untuk berpikir empiris dan mendunia. Pendekatan sejarah
juga dapat membuat seseorang akan melihat suatu kesenjangan ataupun kesenjangan
yang terdapat dalam alam historis.
[27]
Pendekatan
historis juga digunakan untuk menemukan asal usul dari sebuah ide dan lembaga
keagamaan melalui sebuah periode dari perkembangan sejarah untuk melihat
seberapa kuat hal tersebut akan memengaruhi agama tersebut.
Pendekatan
sejarah ini dibutuhkan untuk memahami agama, karena agama itu sendiri turun
dalam keadaan yang konkret dan sesuai dengan kondisi sosial masyarakat. Melalui
sebuah pendekatan sejarah seseorang akan diajak untuk berada pada kondisi
keadaan yang sebenarnya berkaitan dengan peristiwa tersebut.
Dengan
ini, maka pemikiran seseorang terhadap agamanya tidak akan keluar dari konteks historisnya.
Metode Fenomenologis
Metode
Fenomenologis merupakan salah satu metode yang berkaitan dengan metode
historis. Hal ini disebabkan oleh karena fenomenologi dan historis itu saling
berkaitan. Karena memahami agama dalam Fenomenologi tidak dapat berbuat tanpa
etnologi, filologi, dan disiplin kesejarahan lainnya. Sedangkan fenomenologi memberikan sebuah
sejarah untuk memberikan sebuah makna keagamaan.
Fenomenologi
sendiri adalah sebuah metode yang digunakan untuk mempelajari suatu
pemikiran,tingkah laku, dan lembaga keagamaan tanpa mengikuti teori-teori yang
telah ada. Salah satu cara yng digunakan untuk memahami fenomenologi agama
adalah menganggapnya sebagai reaksi terhadap metode historis, sosiologis, dan
psikologis. Para ahli fenomenologi menganggap bahwa semua pendekatan digunakan
untuk mengkaji aspek sejarah, sosial dan kejiwaan.
Pendekatan
ini mulai ada sejak abad ke-20 yang dikarenakan adanya pengaruh dari filsafat
kembangan Edmund Husserl.
Pendekatan
fenomenologis adalah sebuah upaya untuk membangun suatu metodologi yang koheren
bai kajian agama. Metodologis yng bernilaibagi studi fenomenologis pada suatu
agama ialah: epoch terdiri atas pengkontrolan dalam mengambil sebuah
keputusan. Eidetic ialah pandangan tentang kemampuan melihat sebuah
kebenaran. Pada pendekatan ini berfungsi untuk mendeskripsikan tipologi pada
setiap data yang didaoat dari seluruh agama di dunia.[28]
Fenomenologi
tidak berusaha untuk membandingkan suatu
agama sebagai suatu unit yang luas, akan tetapi memisahkan diri dari sejarah.
Fenomenologi
tidak diperbolehkan membuat suatu kontradiksi antara benar dengan yang salah.
Dalam suatu keadaan fenomenologi dapan membedakan yang mana ajaran agama yang
murni dan yang mana yang tida murni atau palsu.
Jadi
dapat dikatakan bahwa bidang kajian fenomenologi ialah menjelaskan apa yang
sudah diketahui yang berada dalam sejarah suatu agama dengan caranya sendiri.
Fenomenologi keagamaan tidak membedakan dirinya dengan berbagai macam agama,
menyusun inti dari sifat alami agama.
Oleh
karena itu, inti yang dibicarakan adalah bagaimana kenyataannya dan cara
menempatkannya kedalam diri kita.
Metode Sosiologis
Dalam Sosiologi Agama, ada
tiga perspektif utama sosiologi yang digunakan untuk landasan gunamemantau peristiwa keagamaan di suatu masyarakat, diantaranya:
Perspektif
fungsiona berpendapat bahwa masyarakat sebagai suatu kelompok yang bekerjasama
dengan cara terorganisasi.
Perspektif
Konflik, para penganut perspektif konflik berpendapat bahwa masyarakat berada
pada suatu konflik yang terus-menerus diantara suatu subtansi. Hal yang menarik
yang ada ialah konsekuensi dari penempatan konflik sebagai determinan inti
dalam kehidupan sosial adalah masalah kohesi sosial. Kelompok teoritis konflik
memandang dua hal yang menjadi faktor penentu munculnya kohesi sosial pada
suatu konflik yang terjadi, yaitu melalui kekuasaan dan pergantian aliansi. Karena
itu dalam prespektif konflik agama dipandang sebagai kesadaran palsu, sebab
agama hanya berkaitan dengan hal yang sepele.[29]
Jadi, dalam perspektif konflik agama lebih dilihat dalam hubungannya dengan
upaya untuk melanggengkan status quo, meskipun pada tahap selanjutnya tidak
sedikit kalangan yang menganut perspektif ini justru menjadikan agama sebagai
basis perjuangan untuk melawan status quo sebagaimana perjuangan bangsa. Dalam wacana sosiologi kontenporer, istilah interaksionisme
simbolik diperkenalkan oleh Herbert Blumer melalui tiga proposisinya yang
terkenal:
a) Manusia berbuat terhadap sesuatu
berdasarkan makna-makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi mereka;
b) Makna-makna tersebut merupakan hasil dari
interaksi sosial;
c)
Tindakan sosial diakibatkan oleh kesesuaian bersama dari tindakan-tindakan
sosial individu.
Dengan berlandaskan pada
ketiga proposisi tadi, perspektif interasiaonisme simbolik memandang pentingnya
agama bagi manusia dikarenakan agama itu dapat memengaruhi manusia dengan
hubungannya pada lingkungan sekitarnya.Pengaruh yang paling mencolok dari agama
kepada manusia itu sendiriyaitu berkaitan dengan perkembangan identitas sosial.
Oleh sebab itu, para interaksionis lebih
mengamati agama dari segi pandangan yang diperankan agama padapembentukan
identitas sosial serta penempatan manusia dalam kehiduan masyarakat.
Ruang lingkupdari dimensi
agama yang terdapat sebagai konsekuensi dari kecenderungan para sosiolog menjabarkan
agama secara inklusif sesungguhnya telah membuka peluang yang seluas-luasnyauntuk
berbagai perspektif yang terdapatdidalam sosiologi gunadapat menyuguhkan kontribusi yang baik untuk upaya
mendalami sikap-sikap sosial penduduk selakudentuk nyata dari pelaksanaan
beragam keyakinan dan doktrin-doktrin keagamaan yang telah ada. Akan tetapi,
pembahasan sosiologis tentang berbagai fenomena keagamaan yang berkembang
dimasyarakat selama ini cenderung terpusat disekitar permasalahan fungsi ganda
agama bagi masyarakat, yaitu fungsi integratif dan disintegratif.[30]
Metode Antropologi
Pada
metode antropologi mempelajari tentang agama merupakan suatu gejala budaya,
karena budaya sebagai hakikat dari manusia yang bersosial-budaya. Atho Mudzar
berpendapat bahwa terdapat lima hal yang dapat dipelajari dari studi agama
yaitu:
1.
Scripture yaitu sumber dan ajaran agama.
2.
Seorang pimpinan agama.
3.
Ritus yaitu lembaga keagamaan.
4.
Sarana dan prasarana peribadatan.
5.
Organisasi keagamaan.
Hal
diatas termasuk hal yang dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan
antropologis, karena kelima hal ini memiliki unsur kebudayaan yang berasal dari
diri manusia.
Amin Abdullah berpendapat
tahapan dalam pendekatan antropologis didalam penelitian kajian agama mempunyai
empat ciri fundamentaldiantaranya:
1. Deskriptif: Pendekatan
antropologis berawal dan diawali dari kerja lapangan (field work),
berhubungan dengan individu dan atau penduduk (kelompok) setempat yang dipantaupada
kurun waktu yang cukup lama, dan iniilah yang disebut dengan deskriptif..
2. Lokal Praktis:
Pendekatan antropologis disertai praktik konkrit dan nyata di lapangan. Yaitu,
dengan ikut praktik padakejadian-kejadian penting dalam kehidupan, seperti
kelahiran, pernikahan, kematian dan pemakaman.
3. Keterkaitan antar domain kehidupan secara
lebih utuh (connections across social domains) : Pendekatan antropologis
mencari hubungan antardomain kehidupan sosial secara lebih utuh. Yaitu,
hubungan antarwilayah ekonomi, sosial, agama, budaya dan politik.Hal ini
dikarenakan hampir tidak ada satu pun domain wilayah kehidupan yang dapat
berdiri sendiri dan terlepas tanpa terkait dengan wilayah domain kehidupan yang
lainnya.
4. Komparatif
(Perbandingan) : Pendekatan antropologis –perlu- melakukan perbandingan dengan
berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama.
Metode Psikologis
Pendekatan
ini dimaksudkan guna mencari kaitan serta pengaruh anatara sang penganut agama
tersebut dengan agama yang dianutnya maupun sebaliknya yaitu antara agama yang
dianut dengan penganut agama tersebut. Kebanyakan psikolog Islam meyakini
adanya dimensi yang sakral, spiritual, super-natural yang tidak empiris yang
akan mampu untuk menhipnotis pemikiran dan jiwa manusia.Akan tetapi, para
psikolog non muslim berpendapat berbeda dan sangat menentang pendapat
tersebut.Para psikolog ini mereka akan menjelaskan kejadian keagamaan seseorang
tanpa harus berpatokan pada kenyataan super-natural yang ada, sedangkan para
psikolog muslim kenyataan itu bisa menjadi salah satu faktor yang akan
mempengaruhi kejiwaan pada manusia.[31]
Pemaknaan dari agama melalui pendekatan psikologis sudah berkembang dan menjadi
sebuah cabang ilmu pengetahuan yang biasa disebut dengan psikologi agama. Objek
kajian dari cabang ilmu ini adalah manusia, yaitu tingkah lakunya tentang prose
keagamaannya dalam kehidupannya. Karena cabang ilmu ini memang tidak
diperuntukan guna mempelajari benar atau tidaknya sebuah ajaran agama. Dalam
metode ini punjuga tidak menjelaskan tentang kebenaran dari sebuah agama apakah
berasal dari Tuhan atau tidak.
Oleh
karena itu, metode psikologis tidak berhak menentukan benar salahnya suatu
agama karena ilmu pengetahuan tidak memiliki teknik untuk mendemonstrasikan
hal-hal seperti itu, baik sekarang maupun waktu yang akan datang. Selain dari
pada itu, ilmu pengetahuan juga memiliki
empirical scince, yaitu mengandung sebuah kebenaran dan tersusun
secara teratur dengan menggunakan kajian ilmiah. Kebanaran yang dimaksud disini
adalah suatu kebenaran yang bisa dirasakan dengan menggunakan indera manusia.
Sumber-sumber penting guna mengambil data dari pendekatan psikologi
diantaranya:
1.
Pemaparan dari sebuah pengalaman yang dialami orang lain.
2. Dari
diri kita berdasarkan apa yang kita alami
3.
Dari biografi seseorang.
Kesimpulan
Islam adalah agama yang
ajarannya diwahyukan oleh Allah SWT. Kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW.
Sumber ajarannya meliputi berbagai sumber kahidupan manusia.Islam merupakan
agama yang terakhir dan sebagai penutup semua agama yang telah ada. Untuk
mengetahui Islam lebih mendalam maka muncullah ilmu yang dinamakan Studi Islam.
Secara sederhana, Studi Islam adalah suatu hal yang mengacu pada pembelajaran
tentang agama islam.[32]
Untuk memahami dan memperdalam tentang ajaran Islam kita perlu mempelajari ilmu
Metodologi Sudi Islam.
Ruang lingkup Metodologi Studi
Islam yaitu meliputi, pertama, Islam sebagai doktrin dari Tuhan yang sebenarnya
bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolute, dan diterima apa
adanya.Kedua, Islam sebagai gejala budaya. Ketiga, Islam sebagai bentuk
interaksi sosial masyarakat.
Di Indonesia Islam adalah
agama yang menjadi agama mayoritasyang diyakini oleh kebanyakan masyarakat.
Oleh sebab itu keberadaanya bisa sangat menentukan bagaimana kedepannya
Indonesia dimasa depan. Apabila negeri ini mengalami kemajuan maka hal ini
menunjukan kemajuan dari agama Islam itu sendiri. Namun apabila negeri ini
mengalami kemunduran maka hal itu pula yang akan menunjukan wajah umat Islam di
Indonesia saat itu. Karena itu “di pundak merekalah tanggung jawab kemajuan
bangsa ini”.
Daftar Pustaka
Abidin,
Zain. “ISLAM INKLUSIF: TELAAH ATAS DOKTRIN DAN SEJARAH,” t.t., 19.
Abidin, Zainal.
“ISLAMIC STUDIES DALAM KONTEKS GLOBAL DAN PERKEMBANGANYA DI INDONESIA” 20, no.
01 (2015): 16.
Ahmad Zarkasi.
“METODOLOGI STUDI AGAMA-AGAMA.” Al-AdYa XI, no. 1 (Juni 2016).
Duksi Intizar.
“Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf Metode-Metode
Muslim Klasik).” Intizar 20, no. 2 (2014).
Fitriyani.
“ISLAM DAN KEBUDAYAAN” 12, no. 1 (Juni 2012).
Ibrahim, Duski.
“Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf Metode-Metode
Muslim Klasik)” 20, no. 2 (2014): 20.
Jamal,
Misbahuddin. “KONSEP AL-ISLAM DALAM AL-QUR’AN,” t.t., 28.
Kurniasih, Apri.
“PENDEKATAN STUDI ISLAM DI PERGURUAN TINGGI ISLAM,” 2013, 14.
Rianie,
Nurjannah. “PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM,” t.t., 13.
———. “PENDEKATAN
DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM,” t.t., 13.
RUSLI. “ISU-ISU
GENDER DALAM BINGKAI METODOLOGI STUDI ISLAM.” Musawa 14, no. 1 (23 Juni
2012).
Sucipto, Jl
Marsda Adi. “Social Interaction in Muslim Diversity of Giri Asih Community,
Gunung Kidul Yogyakarta” 29, no. 2 (2014): 11.
Zarkasi, Ahmad.
“METODOLOGI STUDI AGAMA-AGAMA,” t.t., 16.
[3]Zainal
Abidin, “ISLAMIC STUDIES DALAM KONTEKS GLOBAL DAN PERKEMBANGANYA DI INDONESIA”
20, no. 01 (2015): 16.
[6]Duski
Ibrahim, “Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf
Metode-Metode Muslim Klasik)” 20, no. 2 (2014): 20.
[8]Jamal.
[10]Jl
Marsda Adi Sucipto, “Social Interaction in Muslim Diversity of Giri Asih
Community, Gunung Kidul Yogyakarta” 29, no. 2 (2014): 11.
[13]Abidin.
[14]Abidin.
[16]Sucipto,
“Social Interaction in Muslim Diversity of Giri Asih Community, Gunung Kidul
Yogyakarta.”
[17]Sucipto.
[19]Duksi
Intizar, “Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf
Metode-Metode Muslim Klasik),” Intizar 20, no. 2 (2014).
[20]Ibrahim,
“Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf Metode-Metode
Muslim Klasik).”
[22]Ibrahim,
“Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf Metode-Metode
Muslim Klasik).”
[24]Ibrahim,
“Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf Metode-Metode
Muslim Klasik).”
[27]Zarkasi.
[28]Zarkasi.
[29]Zarkasi.
[30]Zarkasi.
[31]Zarkasi.
Belum ada Komentar untuk "Makalah Ruang Lingkup Metodologi Studi Islam penulis antika wijayanti"
Posting Komentar