Makalah Ruang Lingkup Metodologi Studi Islam penulis antika wijayanti

Makalah Ruang Lingkup Metodologi Studi Islam penulis antika wijayanti

Ruang Lingkup Metodologi Studi Islam


Antika Wijayanti
05
Institut Agama Islam Negeri Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A, Iringmulyo, Kota Metro, Lampung 34111

  
Abstrak

Artikel ini membahas tentang apa saja ruang lingkup metodologi studi Islam. Tidak hanya itu, dalam tulisan ini juga akan membahas beberapa pengertian. Diantaranya pengertian ruang lingkup, pengertian metodologi, pengertian Islam, serta pengertian studi Islam. Secara singkat ruang lingkup adalah membahas tentang sejauh mana suatu masalah akan dibahas. Metodologi ialah cara maupun  metode yang dipakaiguna mempelajari serta mendalami suatu ilmu pengetahuan. Sebuah metode atau pendekatan sangatlah penting untuk memepelajari suatu ilmu pengetahuan karena metode menentukan maju mundur nya suatu ilmu pengetahuan yang kita pelajari. Islam secara istilah berarti agama yang ajarannya berintikan tauhid yang berasal dari Allah SWT. Melalui Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia yang berlaku dimanapun dan kapanpun, sertaajarannya meliputi segala aspek kehidupan manusia. Makna dari studi Islam itu sendiri adalah melakukan kajian atau mengaji agama Islam dengan lebih mendalam dengan menggunakan berbagai pendekatan keilmuan. Jadi, Islam selaku objek studi bisa ditinjau dari tiga segi. Pertama, sebagai doktrin dari Tuhan yang sesungguhnya,danditerima apa adanya. Kedua,sebagai gejala budaya,termasuk pemahaman umat manusia terhadap doktrin agamanya. Ketiga, sebagai interaksi sosial, yaitu tentang realitas umat Islam.

Kata Kunci

Ruang Lingkup,Metodologi,Islam,Studi Islam

Abstract

This article discusses what the lower rooms of the Islamic Study Room are. Not only that, in this paper some understanding will also be discussed. Among them are understanding of scope, basic understanding, understanding of Islam, and also understanding of Islamic studies. Briefly the scope is to discuss the disturbances to be discussed. Methodology is the method used to utilize and explore science. A method or approach that is very important for understanding science because methods determine the progress of knowledge knowledge that we learn. Islam in terms means religion that teaches the core of monotheism which comes from Allah SWT. Through the Prophet Muhammad SAW for human beings who apply wherever and whenever, and their teachings Compose all aspects of human life. The meaning of Islamic studies itself is to study or study the religion of Islam by using various scientific approaches. So, Islam as the object of study can be viewed from three aspects. First, as a real doctrine of God, and accept what is. Second, as a cultural symptom, including human touch on the religious doctrine.Third, as a social interaction, namely about the atrocities of Islam.

Keywordss

Scope, Methodology, Islam, Islamic Studies


Pendahuluan

Islam adalah agama yang ajarannya diwahyukan oleh Allah SWT.Kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW.Sumber ajarannya meliputi berbagai sumber kehidupan manusia.Islam merupakan agama yang terakhir dan sebagai penutup semua agama yang telah ada.Islam kerap digunakan untuk kajian budaya dikalangan masyarakat non muslim. Terkadang dalam memantau Islam kerap kali terjadi pendapat yang berbeda dalam menerangkan apa itu Islam. Apabila dilihat dari segi normatif, Islam ialah agama yang mengajarkan ajaran Allah SWT. Yang berhubungan dengan akidah serta mu’amalah. Semntara itu apabila dilihat dari segi historis, didalam Islam terdapat unsur sejarah serta unsur kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat.[1]
 Untuk mengetahui Islam lebih mendalam maka muncullah ilmu yang dinamakan Studi Islam. Secara sederhana, Studi Islam adalah suatu hal yang mengacu pada pembelajaran tentang agama islam.[2]
Menurut Amin Abdullah, studi Islam adalah suatu cabang ilmu yang mmpunyai kajian, metodologi, pendekatan, dan beberapa teori. [3]
Untuk memahami dan memperdalam tentang ajaran Islam kita perlu mempelajari ilmu Metodologi Sudi Islam.Apa itu Metodologi Studi Islam?Dan apa saja ruang lingkup Metodologi Studi Islam? Keduanya akan dibahas disini.

Pengertian

Ruang Lingkup

Ruang lingkup adalah batasan,populasi atau subjek penelitian. Ruang lingkup menyatakan hal hal apa saja yang akan dibahas dalam suatu pokok bahasan. Ruang lingkup juga dapat diartikan sebagai luasnya subjek yang tercakup dari suatu
permasalahan.

Metodologi

Kata metodologi berasal dari dua kata yaitu metode dan logos.Kata metode atau metoda berasal daribahasaYunani.Secara etimologi,kata metode berasal darikatametha dan hodos.Metha berartimelalui atau melewati, dan hodos berarti jalan atau cara yang harus ditempuh untukmencapai suatu tujuan. Sedangkan logos berarti ilmu.[4]Jadi metodologi adalah ilmu yang mempelajari tentang suatu cara untuk mencapai sesuatu.
Metodologi adalah kajian tentang metode yang digunakan dalam suatu cabang ilmu untuk memperoleh pengetahuan mengenai pokok persoalan dari ilmu tersebut.[5]
Metode berhubungan dengan proses kognitif yang dituntut oleh persoalan yang terdapat pada suatu bidang studi.Dapat dikatakan bahwa metode adalah kombinasisistematik dari proses-proses kognitif, dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.
Metodologi adalah bidang penelitian yang berhubungan dengan pengkajian tentang metode yang digunakan dalam mempelajari gejala yang terjadi di alam dan manusia.
Metode mempunyai peran yang penting dan menjadi salah satu faktor penentu dalam kemajuan dan kemunduran dalam suatu ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, memilih metode yang tepat adalah penting dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan, termasuk dalam kajian keislaman.
Sebuah metode ilmiah ialah suatu aturan yang wajib diikuti oleh para pneliti dalam menjalan kan sebuah pengkajian  terhadap suatu permasalahan yang harus ia kaji lebihn dalam. Sementara itu, metodologi penelitian dalam studi Islam ialah  suatu cabang keilmuan yang membahas tentang cara dan metode yang akan diperuntukan secara sistematis dalam meneliti, dan mempelajari ajaran dan pengetahuan dari sumber yang terpercaya. Di dalam Al-Qur’an, suatu ajaran ilmu pengetahuan akan didapatkan melalui wahyu, rasionalisme yang dilandasi akan pertimbangan dari beberapa bukti. Bukti yang didapatkan atas sebuah eksperimen, dan bukti sejarah.[6]

Islam

Kata Islam pada agama ini diberikan oleh Allah SWT. Dia menyatakan bahwa hanyalah agama Islam sajalah yang Dia ridhoi-Nya serta barang siapa yang meyakini agama selain Islam maka ia akan mendapatkan kerugian di akhirat kelak. Islam juga merupakan agama yang telah sempurna sebagai sebuah ajaran dari-Nya dan tidak lagi membutuhkan lagi ajaran selain dari ajaran Islam.[7]
Al-Islam secara etimologi berarti tunduk. Islam berasal dari kata  salimayang berarti selamat. Dari kata tersebut, terbentuk kataaslama yang berarti berserah diri, tunduk, ataupun patuh.[8]
Berdasarkan terminologis (maknawi atau istilah) dapat dikatakan bahwa Islam ialah agama wahyu yang intinya tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT. Kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW Sebagai utusannya yang terakhir dan berlaku untuk seluruh umat manusia, dimanpun dan kapanpun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Makna-makna Islam secara bahasa antara lain: Al Istislam (berserah diri), As Salamah (suci bersih), As Salamah (selamat dan sejahtera), As Silmu (perdamaian), dan Sullam (bertahap).
Ada dua katagori hal yang dapat digunakanuntuk memahami makna dari kata Islam diantaranya:
Secara etimologis (kebahasaan), kata Islam berasal dari kata aslama, yuslimu  dan islaman (bahasa Arab) yang masing-masing dari mereka memiliki makna:
Aslama bermakna melepaskan diri dari segala bentuk penyakit baik penyakit lahiriah serta penyakit batiniah.
Yuslimu  bermakna kedamaian, keamanan, serta ketentraman.
Islamanmemiliki makna meminta permohonan agar selamt dunia maupun akhirat dan memohon kesentosaan.
Kata Islam juga berasal dari kata salima yang berarti selamat,sentosa, aman, aman, dan kedamaian.
Manusia yang memiliki sifat sifat diatas disebut seorang muslim, atau juga bisa diartikan bahwa muslim ini adalah sebutan untuk mereka mereka yang beriman dan memeluk agama Islam.
Secara etimologis (istilah) Islam memiliki makna yang dekat dengan din yang menguasai,  patuh dan menundukan. Dengan demikian,arti dari Islam maupun din adalah membawa peraturan yang harus dipatuhi, dan mengusai manusia untuk senantiasa tunduk kepada Allah SWT. Dan menjalankan segala yang telah di syariatkan.[9]
Dalam kehidupan masyarka, memang tidak terlepas dari suatu nilai keluhuran yang biasa disebut dengan agama. Hal ini dikarenakan agama merupakan pedoman kehidupan yang mengajarkan akan nilai nilai hidup yang memang diyakini oleh para penganutnya. Menurut KBBI, Agama adalah suatu sistem yang mengatur tata ktaqwaan dan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat akan tata aturan yang tentang hubungan antara manusia dengan manusia yang ada di lingkungan disekitarnya.[10]

Studi Islam

Secara sederhana, Studi Islam adalah suatu hal yang mengacu pada pembelajaran tentang agama islam.Studi dapat diartikan sebagai pengkajian terhadap agama islam melalui beragam pendekatan keilmuan.
Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Sedangkan di Barat dikenal dengan istilah Islamic Studies. Maka secara harfiah studi Islam adalah kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Istilah studi Islam itu sendiri adalah meliputi pengkajian tentang Al Quran, Al Hadis, figh, pendidikan, dan tasawuf. Studi Islam diarahkan pada kajian keislaman yang mengarah pada tiga hal yaitu: Islam yang mengarah pada ketundukan dan berserah diri, Islam dapat dimaknai yang mengarah pada keselamatan dunia dan akhirat, serta Islam bermuara pada kedamaian.
Studi Islam bertujuan untuk mempelajari memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar kita dapat melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar.
Studi Islam mempunyai kedudukan paling tinggi dan paling utama, karena pendidikan ini menjamin untuk memperbaiki akhlak mereka dan mengangkat kita ke derajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan kehidupannya.
Pada umumnya studi Islam tidak bisa disangkal keberadaanya, akan tetapi ahli ahli ilmu pengetahuan berfikir bahwa studi Islam tidak dapat termasuk dalam cabang ilmu pengetahuan, karena dilihat dari bidang karakteristiknya berbeda. Sebagai contoh dalam ilmu pengetahuan manusia berawal dari kera, sementara itu pada studi Islam manusia berawal dari Nabi Adam AS.[11]

Ruang Lingkup Metodologi Studi Islam

Ruang lingkup metodologi studi Islam ialah membahas tentang luasnya cakupan dari Metodologi Studi Islam. Islam sebagai objek studi dapat dilihat dari tiga sisi diantaranya:

Islam Sebagai Doktrin

Islam sebagai doktrin dari Allah SWT. Yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dan diterima apa adanya. Sisi doktrin merupakan suatu keyakinan atas sebuah kebenaran.
Doktrin berasaldari bahasa inggris doctrine yang berarti ajaran atau norma yang diturunkan Allah SWT. Ataupun juga bisa dibilang doktrin adalah pemikiran mendalam dan filosofisyang diyakini mengandung kebenaran.
Suatu agama adalah sebuah lambang dari kenyataan bahwa ia berasal dari Yang Mutlak, lambang dari wujudnya sendiri sebagai suatu cara hidup yang menyeluruh.
Sebagai mana diketahui dalam al-Qur’an mengajarkan sebuah prinsip bahwa semua makhluk dilahirkan dalam keadaan fitrah, begitu pun dengan keyakinan agama. Fitrah adalah sesuatu yang melekat pada diri manusia yang terbawa dari sejak kelahirannya. Dalam kajian Islam fitrah tersebut adalah berserah diri, tunduk, taat, dan patuh. Sikap tersebut bukan hanya merupakan ajaran Allah kepada hamba hamba-Nya, namun juga diajarkan oleh-Nya dengan dihubungkan kepada kehidupan manusia itu sendiri.
Iman kepada Allah SWT. Adalah doktrin utama dalam Islam yang tidak bisa diganggu gugat dan tidak dapat ditawar-tawar lagi.[12]
Manusia diciptakan oleh Allah SWT. Tidak bisa terlepas dari agama. Allah SWT. Menciptakan seperti itu dikarenakan agama adalah kebutuhan hidup manusia. Karena prinsip inilah setiap manusia dijuluki sebagai  homo religious.[13]
 Dua unsur iman yaitu keyakinan dalam hati, dan pengucapan dengan lisan, dan disempurnakan dengan unsur yang ketiga yaitu perbuatan.
Karena keyakinan agama merupakan hasil pencarian dari dan perenungan setiap individu, Islam tidak membenarkan setiap gagasan atau tindakan yng mengarah pada paksaan suatu keyakinan atau kepercayaan.
Islam mengakui hak hidup agama lain dan membenarkan pemeluk agama lain untuk menjalankan ajaran agama lain.
Aktivitas umat beragama harus ada dalam kategori  penyerahan diri mereka hanya kepada Allah SWT. Dan amal soleh. Hal ini berarti bahwa para pemeluk Agama Islam di tantang agar senantiasa berlomba-lomba berbuat kebaikan dalam bentuk yang nyata, yang dipelopori penyerahan diri mereka hanya kepada Allah SWT.
Islam juga mengajarkan kepada umat muslim untuk para Nabi dan Rasul. Tidak hanya kepada Muhammad SAW tetapi juga kepada yang lainnya sejak yang pertama hingga akhir. Keimanan secara globalini mengajarkan bersikap netral terhadap segala kemungkinan yang terjadi seperti penyelewengan atas suatu ajaran agama sehingga terjadi perbedaan akan pemahaman dari satu sama lainnya,terutama pada hal-hal yang
bukan prinsip.
Menurut Nurcholish Madjid, hanif  ialah perilaku alamiah yang dimiliki manusia yang akan selalu memilih pada suatu kebenaran, hal ini merupakan hasil dari fitrah  manusia yang mmang suci serta bersih. Arti yang seperti ini sejajar dngan pemaknaan Rabbaniyah  yang terdiri atas sikap pribadi yang secara sungguh sungguh mengerti adanya Tuhan dan berusaha menaati segala perintah-Nya. Olh sebab itulah, Nabi dan Rasul selalu membawa pesan moral yang bertujuan membentuk suatu sikap masyarakat yang baik secara lahiriah dan batiniah.[14]

Islam Sebagai Gejala Budaya

Kebudayaan atau budaya berasal dari kata budaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan,dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan bersifat abstrak.
Pada hakikatnya kebudayaan hanya dimiliki oleh manusia. Dengan adanya kebudayaan, manusia akan menciptakan suatu pola pikir, pengetahuan, dan norma yang lebih maju dari sebelumnya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan suatu rekayasa manusia yang menciptakan suatu tingkah laku dan gerak.
Islam lahir bukan dari kebudayaan melainkan dari Allah SWT. Dan kebudayaan yang lahir dari Islam disebut kebudayaan Islam. Sehingga hasil dari kebudayaan Islam adalah terlahirnya tatanan masyarakat yang baik, menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, dan dapat berkembang pesat, sehingga dapat menghapus kebodohan .
Pembicaraan tentang Islam dalam diskusi kebudayaan selalu mmenjadi sesuatu yang menarik untuk kita bahas. Menurut Amer Al-Roubai, Islam bukan merupakan hasil dari produk budaya.Akan tetapi, Islam merupakan pembangun sebuah budaya pada suatu peradaban. Banyak pula pendapat yang menyatakan bahwa agama merupakanbagian dari kebudayaan, akan tetapi ada pula yang berpendapat bahwa kebudayaan merupakan hasil dari agama. Dengan demikian, kita dapat mulai meletakan Islam dalam kehidupan sehari-hari . Kita juga bisa membangun kebudayan Islam atas dasar landasan keislaman pula.
Jadi Islam mempunyai dua aspek, yaitu segi agama dan segi kebudayaan. Oleh karena itu, ada Agama Islam dan ada pula kebudayaan Islam. Namun, antara keduanya dapat dibedakan, akan tetapi dalam Islam keduanya tidak dapat dipisahkan. Dan diantara kedua hal tersebut semuanya membentuk sebuah integrasi.[15]
Agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi satu sama lainnya,karena keduanya adalah nilai dan simbol. Agama merupakan simbol ketaatan kita terhadap Tuhan. Sedangkan kebudayaan adalah supaya manusia dapat menjalankan hidup dengan lingkungan disekitarnya. Jadi kebudayaan agama merupakan simbol yang dapat mewakili agama.
Didalam Islam sendiri dikendldengan yang namanya zona-zona kebudayaan, dan setiap zona memiliki ciri khas tersendiri. Namun para ahli telah menyepakati terkait dengan kebudayaan Islam, bahwa berkembangnya kebudayaan menurut Agama Islam bukanlah bebas akan nilai, tetapi terikat akan nilai-nilai . Keterikatan tersebuttidak hanya terbatas pada nilai insani akan tetapi dapat menembus pada nilai-nilaiilahi yang merupakan pusat dari sebuah nilai. Nilai Ilahi yakni keimanan kepada Allah SWT. Dan iman dapat mewarnai segala aspek kehidupan umat manusia atau memengaruhi nilai-nilai Islam itu sendiri.

Islam Sebagai Interaksi Sosial

Dalam kehidupan bermasyarakat, tidak akan pernah terlepas dari nilai nilai luhur yang biasa disebut dengan istilah Agama. Karena Agama merupakan pedoman hidup, yang mengajarkan manusia akan nilai kehidupan yang diyakini oleh setiap umat pemeluknya. Oleh karena Islam merupakan agama yang diyakini oleh sebagian besar masyarakat di Indonsia, maka Islam telah menjadi sebuah agama mayoritas di Indonesia.
Dalam catatan sejarah Islam, berbagai berbagai aliran mulai bermunculan setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. Hal ini dikarenakan banyak umat Islam yang memiliki pandangan yang berbeda dalam menginterprestasikan Islam dengan mendirikan lembaga atau organisasi yang digunakan sebagai penampung wadah-wadah keyakinan.
Di Indonesia juga terdapat beraganm aliran atau organisasi sosial keagamaan. Dan masing-masing mereka telah berkembang ditengah-tengah masyarakat dan telah memiliki pengikut tersendiri.
Akan tetapi meskipun terdapat banyak perbedaan dalam keyakinan beragama, kehidupan yang dijalani masyarakat berjalan dengan damai dan harmonis. Dalam hal ini keharmonisan dapat terwujud dengan terwujudnya masyarakat yang memiliki kesadaran akan adanya keberagaman dalam setiap aspek kehidupan.[16]
Adapun hal yang dapat menunjang terwujudnya kehidupan yang harmonis ialah didalam diri setiap individu tertanamkan sikap ataupun rasa toleransi terhadap sesama umat manusia.
Dalam kehidupan bermasyarakat, interaksi sosial merupakan hal yang nyata. Hal ini karena semua tidak terlepas dari hakikat manusia sebagai makhluk sosial, yang pada kenyataannya harus saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, ataupun kelompok yang satu dengan yang lainnya.Adanya interaksi pada individu menunjukan adanya perubahan pada individu tersebut yang dinamis.
Terwujudnya suatu interaksi sosial tidak terlepas dari dua syarat terjadinya interaksi yaitu 
kontak sosial dan komunikasi.
Kontak sosial adalah hubungan antar manusia ataupun kelompok yang terjadi tanpa harus bersentuhan. Dalam kontak sosial terdapat hubungan yang akan saling mempengaruhi satu sama lain yang pada akhirnya akan membentuk suatu pola interaksi sosial.Kontak sosial yang terjadi ditengah masyarakan dapat berupa kontak sosial primer dan kontak langsung sekunder.
Kontak langsung primer adalah kontak langsung yang terjadi individu atau kelompok berhubungan tanpa perantara atau bertemu secara langsung.
Sedangkan kontak langsung sekundr adalah kontak langsung yang terjadi apabila individu atau kelompok berhubungan dengan melalui perantara.
Syarat yang kedua terjadinya sebuah kontak sosial adalah adanya komunikasi, karena kontak sosial tidak akan memiliki makna tanpa adanya komunikasi.Komunikasi adalah  suatu proses penyampain informasi atau pesan kepada penerima pesan atau informasi. Inti dari proses komunikasi adalah informasi atau pesan yang disampaikan  kepada penerima pesan atau informasi melalui media yang dugunakan . Dalam proses komunikasi akan terjadi berbagai penafsiran atau tingkah laku penerima pesan atau informasi, dalam proses menyampaikan dan menerima pesan atau informasi yang merupakan timbal balikdalam suatu proses interaksi.[17]

Metode atau Pendekatan untuk Mempelajari Kajian Islam

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendekatan ialah suatu proses untuk mendekati; Usaha untuk pekerjaan yang meneliti sesuatu yang akan diteliti. Jadi dapat dikatakan pula, pendekatan merupakan suatu kegiatan untuk mendekati sesuatu hal. Pendekatan dalam proses pembelajaran atau pendidikan adalah proses pembelajaran dengan cara mendekati pelajaran tersebut guna mempermudah proses masuknya ilmu kedalam otak kita. Apabila dalam proses pembelajaran metode digunakan sebagai cara untuk mengajar,maka pendekatan digunakan  sebagai perantara yang digunakan untuk membantu metode tersebut untuk menuju keberhasilan. Faktor keberhasilan dari sebuah metode pendekatan ada banyak. Diantaranya ialah ketepatan dan kesesuaian dengan materi yang akan kita sampaikan. Oleh sebab itulah baik pendekatan maupun metode yang kita gunakan dalam proses pembelajaran  dapat dikatakan sesuai target apabila dapat mencapai apa yang kita harapkan.[18]
Terdapat beberapa pendekatan yang terdapat dalam studi Islam.
Armai Arief berpendapat bahwa pendekatan dalam proses pendidikan terdiri dari lima, yaitu :
Pendekatan Filosofis, menurut pendekatan filosofis studi Islam memiliki arti sebagai kajian tentang proses pendidikan yang dilandasi atas nilai ajaran Islam menurut sudut pandang filosofis. Menurut pendekatan filosofis manusia merupakan makhluk rasional dan juga seorang pemikir. Karena itulah mengapa  apapun yang menyangkut dengan perekembangan di dunia ini berhubungan dengan sejauh mana pemikiran manusia saat itu. Terkait dengan hal ini Al Qur’an adalah sebuah motivator untuk manusia itu sendiri, agar dapat menggunakan ilmu dengan sesuai untuk mencari hakikat dirinya sebagai seorang khalifah di bumi. Pendekatan filosofis ini bertujuan agar kita bisa mempergunakan pemikiran kita dengan sebaik-baiknya.
Pendekatan Induksi-Deduksi. Pendekatan Induksi  ialah pendekatan yang dianalisa dengan cara ilmiah, berlawanan dengan kaidah, dan diperuntukan guna menentukan hukum umum. Tujuan dari pendekatan ini ialah guna melatih untuk kita terbiasa dengan fikiran ilmiah. Sementara itu pendekatan deduksi merupakan kebalikannya. Yaitu berfikiir dengan cara analisa ilmiah yang bergerak dari umum ke khusus. Pendekatan ini banyak digunakan pada logika klasik oleh Aristoteles. Tujuan dari pendekatan deduksi adalah untuk bu=isa menarik kesimpulan yang tepat dari berbagai data yang telah dianalisis.
Pendekatan Sosio-Kultural, merupakan pendekatan yang bertumpu pada pendapat bahwa manusia merupakan makhluk yang berbudaya. Pada hakikatnya pula manusia itu sendiri merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan dari makhluk lainnya. Pendekatan sosio-kultural ini memang sangat cocok untuk membentuk suatu karakter kebersamaan.
Pendekatan Fungsional, merupakan pendekatan yang mementingkan aspek kognitif juga kepentingan kelangsungan hidup masyarakat di masa mendatang.
Pendekatan Emosional. Secara terminologi,
pendekatan emosional ialah usaha untuk membangun perasaan serta emosi guna menghayati ajaran agama Islam. Melalui pendekatan ini akan dapat menyentuh rohani dan akan membuat kita menjadi bersemangat dalam menjalankan ibadah. Hal ini dikarenakan seseorang manusia yang disentuh perasaannya maka emosinya juga akan terpancing. Maka dari itu pendekatan emosional berperan penting dalam pembentukan kepribadian seseorang.

Adapun beberapa metode dalam kajian Islam

Metode Bayani, adalah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk mempelajari dan mengkaji ilmu melalui penjelasan yang berada di Al Qur’an dan Assunnah guna mencari pesan pesan yang terdapat didalamnya. Maka dari itu metode bayani dibutuhkan guna memahami isi dari wahyu Allah SWT. Selain dari pada itu metode bayani juga dibutuhkan untuk membuktikan bahwa wahyu Allah SWT. Memang mengandung suatu pesan dan nilai yang harus diulas secara baik dan benar. Pembuktian kandungan Al-Qur’an dan Assunnah pada metode bayani pada dasarnya bisa dilakukan dengan menggunakan perangkat metodologis yang sudah disepakati oleh ulama ulama. Ulama ulama ahli tafsir sudah menyusun perangkat metodologis berbentuk rumusan ataupun susunan kaidah penafsiran ayat Al-Qur’an. Para ulama ahli hadist juga telah menyusun perangkat metodologis berupa rumusan tentang kaidah penafsiran hadist Nabi Muhammad SAW.[19] Dan begitu pula dengan para ulama ahli fiqh sudah menyusun perangkat metodologis yang berisi kaidah ushuliyah, kaidah ma’nawiyah,serta kaidah fiqh.
Dalam metode bayani, ayat ayat Al-Qur’an ,sunnah, dan juga ilmu fiqh telah dibedakan kedalam beberapa kategori seperti contohnya ayat muhkmat dan mutsayabihat. Dan selanjutnya ditinjau dari bagian kebahasaan Al Qur’an dan Assunnah.Kemudian dari bentuk lafaz ada pula yang dilihat dari cakupan makna.Beberapa pengelompokan tadi, pada metode bayani sngat dibutuhkan guna mencari pesan pesan yang terkandung didalam ayat Al Qur’an dan Assunnah, baik guna memahami permasalahan ilmu fiqh, teori teologi, filosofis maupun tasawuf. Hal ini dikarenakan Al Qur’an merupakan sumber dari segala ilmu pengetahuan. Karena sebab itulah para peneliti beranggapan bahwa metode bayani digunakan guna memahami konsep yang ada didalam ayat ayat Al Qur’an dan Assunnah.
Pada gilirannya, seperti dikemukakan oleh Muslimin dalam Mulyadhi Kartanegara, di era modern dan kontemporer, metode bayani ini telah dikembangkan oleh para pemikir Islam lebih maju dan komunikatif dengan kondisi kekinian, bahkan keakanan. Mereka telah mencoba menghubungkan formulasi-formulasi atau kaidah-kaidah yang ada dalam ilmuushul al-fiqh, ulum al-Qur`an dan ‘ulum al-hadits dengan kondisi kekinian yang dihadapi oleh masyarakat muslim.

Metode burhani. Metode burhani adalah suatu metode penelitian atau penemuan ilmu yang mengandalkan kemampuan berpikir logis, dengan kaidah-kaidah tertentu yang disusun secara runtut dan sistematis.Metode semacam ini tentu saja dilakukan untuk memahami suatu objek ilmu (ontologi) yang non-fisik.Sebab itu, dalam metode penelitian ini, akal sangat berperan.Kendatipun demikian, untuk menjadikan metode burhani ini menjadi suatu metode yang akurat dalam penemuan suatu ilmu, haruslah dipenuhi syarat-syarat atau kaidah-kaidah tertentu.Mengikuti para filosof Yunani, para ahli logika Muslim telah menyusun ‘Ilm al-Mantiq, yang bermuatan kaidah-kaidah berpikir yang benar.[20]Dengan mengikuti apa yang dirumuskan oleh Aristoteles, para pemikir Islam telah menemukan lima macam metode, yang disebutnya hujjah ‘aqliyah, seperti terihat dalam bait-bait yang digubah oleh Abdur Rahman ibn Muhammad ash-Shaghir al-Akhdhari, salah seorang ahli mantiq abad ke sepuluh, dalam kitabnya as-Sullam Metodologi Penelitianal-Munawraq fi ‘Ilm al-Manthiq. Ada lima macam hujjah, yang berperan sebagai metode penemuan ilmu dalam logika, yaitu:
Pertama, khithabiyah, yakni hujjah atau metode penemuan yang disusun dari muqaddimah-muqaddimah dengan bersandar kepada orang-orang yang dipercaya, baik sebagai penasehat atau ulama atau tokoh masyarakat.
Kedua, syi’ir, yakni hujjah atau metode penemuan ilmu yang disusun dari muqaddimah-muqaddimah yang dapat membangkitkan gairah seseorang atau sebaliknya.
Ketiga, burhan, yakni hujjah atau metode penemuan ilmu yang disusun dari muqadimah-muqaddimah yang meyakinkan untuk menghasilkan sesuatu yang meyakinkan.
Keempat, jadal, yakni hujjah atau metode penemuan ilmu yang disusun dari muqaddimah-muqaddimah yang terkenal, sudah diakui oleh orang banyak. Tujuannya adalah Ilzam al-khasham (berargumentasi dalam ber-mujadalah, mempertahankan tindakannya).
Kelima, disebut safsathah, yakni hujjah atau metode penemuan ilmu yang disusun dari muqaddimah-muqaddimah wahmiyah (yakni seakan-akan benar), tetapi sesungguhnya tidak benar.
Dari lima macam metode logika (manthiq) di atas, metode demonstratif (metode burhani) sajalah yang dipandang para filosof sebagai metode logika yang paling dapat dipercaya. Sebab, metode burhani inilah logika yang kebenarannya dapat teruji, mengingat ia telah memenuhi unsur-unsur yang diperlukan dalam metode berpikir yang benar.
Adapun yang dimaksudkan dengan metode burhani adalah metode logika yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari premis-premis yang telah diketahui, sehingga menghasilkan kesimpulan, berupa pengetahuan atau informasi baru yang sebelumnya belum diketahui.
Menurut keyakinan para filosof, kesimpulan yang diambil tersebut adalah benar, karena berkorespondensi dengan kenyataan, dengan syarat bahwa premis mayor dan minornya merupakan proposisi yang kebenarannya tidak diragukan.Oleh karena itu, metode burhani telah diperankan dalam perkembangan pemikiran filsafat Islam, yang hingga saat ini masih dianggap sebagai alat yang masih bisa diandalkan, bahkan diyakni dapat digunakan untuk memahami pemikiran dan filsafat modern serumit apapun.[21]
Pada gilirannya, metode burhaniyah ini berkembang dalam berbagai bentuk metode penalaran atau metode ijtihad, baik yang berpola penalaran deduktif (istinbathi) maupun yang berpola penalaran induktif (istiqra`i).Pola-pola semacam ini, sesungguhnya telah dimulai oleh para ulama atau pemikir Islam, kemudian dapat dikembangkan oleh generasi selanjutnya, termasuk kita sekarang ini.

Metode tajribi.Metode tajribi merupakan sebuah metode penelitian atau eksperimen yangtidak hanyamembuat kemampuan berpikirsecara logika, namun juga dilanjutkan dengan tindakan eksperimen, observasi ataupunbanyak bentuk metode yang biasa disebut sebagai metode penelitian ilmiah pada saat ini.
Ilmuwan-ilmuwan Islamsudah menggunakan metode tajribi ini dengan baik dan sungguh-sungguh. Ilmuwan muslim ini juga sudah melakukan peninjauan-peninjaun terhadap objek-objek fisik, baik yang berada pada level teoritis, yaitu yang melakukan studi mendalam dan kritis terhadap karya-karya ilmiah para filosof dan ilmuwan Yunani, seperti astronomi, kedokteran dan masih banyak lagi, ataupun pada level-level praktis, yakni melakukan berbagai eksperimen guna membuktikan kebenaranpada sebuah teori tertentu maupun menciptakan teori yang belum ada sebelumnya.
Metode tajribi ini, pada gilirannya di kalangan pemikir dan umat Islam kurang berkembang, bahkan betul-betul memprihatinkan, suatu keadaan yang sangat jauh dari yang diharapkan. Hal ini mengingat generasi pemikir Islam yang terdahulu telah memberikan contoh yang luar biasa dalam penelitian dengan metode tajribi ini, maka para pemikir dan ulama generasi muda zaman sekarang harus dibangkitkan kembali guna mencari ‘ilmu yang hilang itu’ dan memaksimalkannya. Terlihat bahwa dalam konteks ini, benar jika ungkapan al-hikmah dhallatulmukmin telah terjadi di kalangan umat Islam.
Metode tajribi di kalangan umat Islam, berbanding terbalik dengan para pemikir dan ahli di dunia Barat.Mereka sudah melakukan dan mengembangkan metode ini dengan baik, sehingga di dunia mereka ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang begitu pesat.Meskipun, mereka secara perlahan sudah melepaskan diri dari metode bayani seperti terlihat dari ‘terpisahnya’ gereja dengan ilmu pengetahuan.[22] Mereka juga melepaskan dari metode burhani seperti terlihat ‘larinya’ mereka dari ‘rasionalisme’ menuju ‘empirisme’, sembari memfokuskan diri para metode tajribi.
Saat ini, metode penelitian atau penemuan ilmu dalam bentuk metode tajribi ini, sangat berkembang pesat di dunia Barat, baik penelitian kualitatif maupunyang paling mencolok kuantitatif. Metode penelitian tajribi ini telah disusun secara lebih sistematis dan runtut, seperti dapat dilihat dalam buku-buku metodologi penelitian.

Metode ‘Irfani. Metode ‘irfani adalah suatu metode penelitian atau penemuan ilmu yang mengandalkan at-taqartub ila Allah atau al-Ittishal bi al-ilahi, dengan melakukan langkah-langkah tertentu, mulai dari tindakan persiapan-persiapan (isti’dad), dalam bentuk tazkiyah an-nafs (membersihkan diri dari segala kekotoran jiwa) dalam rangka menyambut sinar kebenaran yang hadir secara langsung ke dalam hati, tanpa melalui simbol dan atau presentasi.
Sedangkan teknik dalam metode ‘irfani ini adalah dengan melakukan riyadhah, yaitu latihan-latihan dalam arti melakukan amalan-amalan secara terus menerus dengan cara-cara tertentu. Umpamanya, dengan melakukan secara rutin hal-hal sebagai berikut: membaca Al-Qur`an, wirid-wirid dengan asma` al-husna, tasbih, tahmid, takbir, tahlil, hauqalah, shalawat, baik secara individu maupun secara kelompok dengan mengikuti mursyid, seperti terlihat dalam berbagai kelompok thariqat. Dengan langkah-langkah dan teknik-tenik tersebut di atas, umpamanya, maka akan hadir kebenaran di dalam hati secara langsung, tanpa melalui perantaraan apapun, baik itu berupa simbol, konsep maupun representasi. Paradigma metodologis semacam ini biasa dikenal sebagai epistemologi atau metode ‘irfaniyah, yang biasa digunakan oleh para sufi atau teosofer Muslim.
Dewasa ini, dalam rangka menumbuh-kembangkan lagi aspek spiritual kaum muslimin yang sekarang sudah semakin menjauh dan terpengaruh dengan kapitalisme, duniawiyah, metode ‘irfani ini sudah selaiknya dikembangkan secara baik, dengan mewujudkan dan mengghairahkan kembali generasi melakukan cara-cara dan teknik-teknik yang dianggap dapat pendekatkan diri kepada Allah, dengan berbagai bentuknya yang sesuai atau minimal tidak keluar dari uswah hasanah dari Rasul.[23]
Bila dianalisis dengan perspektif metode lain, maka tentu saja validitas metode ‘irfani ini dipertanyakan. Dalam pandangan metode bayani, validitas metode ‘irfani masih diragukan, karena sangat liberal, tidak mempedomani teks-teks (nash-nash) yang bersumber dari otoritas. Sedangkan dalam pandangan metode burhani dan metode tajribi, validitasnya diragukan, karena proses pencarian pengetahuan tidak berdasarkan aturan atau kaidah logika dan tidak berdasakan data empirik. Memang, metode dan pengetahuan ‘irfani tidak dapat di-bayani-kan, juga tidak dapat di-burhani- kan atau di-tajribii-kan, sebagaimana metode dan pengetahuan bayani dan burhani dan tajribi tidak dapat di-’irfani-kan.[24]

Dalam mengkaji agama Islam juga terdapat beberapa metode diantaranya:

Metode Teologis

Metode atau pendekatan teologis adalah pendekatan kewahyuan atau bisa disebut pendekatan keyakinan. Abudin Natamengatakan bahwa aliran teologi yang satu begitu yakin dan fanatikbahwa pahamnyalah yang paling benar sedangkan paham yang lainnyasalah, sehingga memandang paham orang lain tersebut keliru, sesat,
kafir, murtad, dan seterusnya.[25]Pendekatan seperti ini biasanya digunakandalam sebuah peneliyian yang mengkaji suatu agama yang diyakini peneliti tersebut untuk mendapat kan suatu kebenaran tentang agama yang ia yakini. Penelitian teologis biasanya berupa sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ulama terhadap suatu permasalahan yang biasanya mereka dapatkan dari pertanyaan para jamaah. Hal ini biasanya dilakukan untuk membuktikan kebenaran dan penguatan serta mencari landasan yang akurat dari suatu mazhab yang sudah ada.[26]Pendekatan teologis merupakan pemahaman yang menggunakan ilmu ketuhanan dari suatu keyakinan bahwa kebenaran dari suatu agama dianggap yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.
Loyalitas terhadap kelompok masing-masing, komitmen, dan dedikasi yang tinggi merupakan ciri khas yang terdapat pada pemikiran teologis. Pendekatan teologis pada suatu paham keagamaan adalah pendekatan yang mengacu pada formasi atau simbol keagamaan yang berpendapat bahwa dirinyalah yang paling benar sedangkan yang lain adalah salah. Dengan keadaan yang demikian, maka terjadilah saling menyalahkan satu dengan yang lainnya.
Jadi pada dasarnya pendekatan teologi tidak semata-mata dapat memecahkan masalah esensial pluralitas agama yang saat ini terjadi. Lembaga sosial kemasyararakatan yang menyartainya menambah berbelit permasalahan yang dihadapi oleh umat beragama.
Namun meskipun demikian, bukan berarti kita tidak memerlukan pendekatan teologi dalam memahami Agama. Karena tanpa adanya pendekatan teologis, keagamaan yang dianut seseorang akan mudah hilang hangus serta tidak jelas kelembagaan.
Pendekatan teologis berfungsi untuk mengawetkan suatu ajaran dan berfungsi untuk pembentukan karakter para pemeluk agama tersebut guna membangun umat yang ideal sesuai dengan pesan dasar suatu agama. Sikap eksklusifme teologis dalam kita memandang perbedaan dan pluralitas tidak hanya dapat merugikan agama lain tetapi juga merugikan diri sendiri. Karena sikap seperti itu dapat mempersempit otak kita untuk menerima kebenaran baru yang dapat menjadikan pikiran kita lebih lapang dan kaya akan ilmu pengetahuan.

Metode Historis

Sejarah atau Historis adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yan membahas tentang suatu peristiwa yang memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, dan latar belakang dari sebuah peristiwa. Menurut historis segala sesuatu peristiwa dapat dilacak dengan melihat dari kapan peristiwa itu terjadi, dimana, dan siapa saja yang terlibat dalam suatu peristiwa tersebut.
Dengan pendekatan historis seseorang dapat diajak untuk berpikir empiris dan mendunia. Pendekatan sejarah juga dapat membuat seseorang akan melihat suatu kesenjangan ataupun kesenjangan yang terdapat dalam alam historis. [27]
Pendekatan historis juga digunakan untuk menemukan asal usul dari sebuah ide dan lembaga keagamaan melalui sebuah periode dari perkembangan sejarah untuk melihat seberapa kuat hal tersebut akan memengaruhi agama tersebut.
Pendekatan sejarah ini dibutuhkan untuk memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam keadaan yang konkret dan sesuai dengan kondisi sosial masyarakat. Melalui sebuah pendekatan sejarah seseorang akan diajak untuk berada pada kondisi keadaan yang sebenarnya berkaitan dengan peristiwa tersebut.
Dengan ini, maka pemikiran seseorang terhadap agamanya tidak akan keluar dari  konteks historisnya.

Metode Fenomenologis

Metode Fenomenologis merupakan salah satu metode yang berkaitan dengan metode historis. Hal ini disebabkan oleh karena fenomenologi dan historis itu saling berkaitan. Karena memahami agama dalam  Fenomenologi tidak dapat berbuat tanpa etnologi, filologi, dan disiplin kesejarahan lainnya. Sedangkan fenomenologi memberikan sebuah sejarah untuk memberikan sebuah makna keagamaan.
Fenomenologi sendiri adalah sebuah metode yang digunakan untuk mempelajari suatu pemikiran,tingkah laku, dan lembaga keagamaan tanpa mengikuti teori-teori yang telah ada. Salah satu cara yng digunakan untuk memahami fenomenologi agama adalah menganggapnya sebagai reaksi terhadap metode historis, sosiologis, dan psikologis. Para ahli fenomenologi menganggap bahwa semua pendekatan digunakan untuk mengkaji aspek sejarah, sosial dan kejiwaan.
Pendekatan ini mulai ada sejak abad ke-20 yang dikarenakan adanya pengaruh dari filsafat kembangan Edmund Husserl.
Pendekatan fenomenologis adalah sebuah upaya untuk membangun suatu metodologi yang koheren bai kajian agama. Metodologis yng bernilaibagi studi fenomenologis pada suatu agama ialah: epoch terdiri atas pengkontrolan dalam mengambil sebuah keputusan. Eidetic ialah pandangan tentang kemampuan melihat sebuah kebenaran. Pada pendekatan ini berfungsi untuk mendeskripsikan tipologi pada setiap data yang didaoat dari seluruh agama di dunia.[28]
Fenomenologi tidak berusaha untuk membandingkan  suatu agama sebagai suatu unit yang luas, akan tetapi memisahkan diri dari sejarah.
Fenomenologi tidak diperbolehkan membuat suatu kontradiksi antara benar dengan yang salah. Dalam suatu keadaan fenomenologi dapan membedakan yang mana ajaran agama yang murni dan yang mana yang tida murni atau palsu.
Jadi dapat dikatakan bahwa bidang kajian fenomenologi ialah menjelaskan apa yang sudah diketahui yang berada dalam sejarah suatu agama dengan caranya sendiri. Fenomenologi keagamaan tidak membedakan dirinya dengan berbagai macam agama, menyusun inti dari sifat alami agama.
Oleh karena itu, inti yang dibicarakan adalah bagaimana kenyataannya dan cara menempatkannya kedalam diri kita.

 Metode Sosiologis

Dalam Sosiologi Agama, ada tiga perspektif utama sosiologi yang digunakan untuk landasan gunamemantau peristiwa keagamaan di suatu masyarakat, diantaranya:
Perspektif fungsiona berpendapat bahwa masyarakat sebagai suatu kelompok yang bekerjasama dengan cara terorganisasi.
Perspektif Konflik, para penganut perspektif konflik berpendapat bahwa masyarakat berada pada suatu konflik yang terus-menerus diantara suatu subtansi. Hal yang menarik yang ada ialah konsekuensi dari penempatan konflik sebagai determinan inti dalam kehidupan sosial adalah masalah kohesi sosial. Kelompok teoritis konflik memandang dua hal yang menjadi faktor penentu munculnya kohesi sosial pada suatu konflik yang terjadi, yaitu melalui kekuasaan dan pergantian aliansi. Karena itu dalam prespektif konflik agama dipandang sebagai kesadaran palsu, sebab agama hanya berkaitan dengan hal yang sepele.[29] Jadi, dalam perspektif konflik agama lebih dilihat dalam hubungannya dengan upaya untuk melanggengkan status quo, meskipun pada tahap selanjutnya tidak sedikit kalangan yang menganut perspektif ini justru menjadikan agama sebagai basis perjuangan untuk melawan status quo sebagaimana perjuangan bangsa. Dalam wacana sosiologi kontenporer, istilah interaksionisme simbolik diperkenalkan oleh Herbert Blumer melalui tiga proposisinya yang terkenal:
 a) Manusia berbuat terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi mereka;
 b) Makna-makna tersebut merupakan hasil dari interaksi sosial;
c) Tindakan sosial diakibatkan oleh kesesuaian bersama dari tindakan-tindakan sosial individu.
Dengan berlandaskan pada ketiga proposisi tadi, perspektif interasiaonisme simbolik memandang pentingnya agama bagi manusia dikarenakan agama itu dapat memengaruhi manusia dengan hubungannya pada lingkungan sekitarnya.Pengaruh yang paling mencolok dari agama kepada manusia itu sendiriyaitu berkaitan dengan perkembangan identitas sosial. Oleh sebab itu, para interaksionis  lebih mengamati agama dari segi pandangan yang diperankan agama padapembentukan identitas sosial serta penempatan manusia dalam kehiduan masyarakat.
Ruang lingkupdari dimensi agama yang terdapat sebagai konsekuensi dari kecenderungan para sosiolog menjabarkan agama secara inklusif sesungguhnya telah membuka peluang yang seluas-luasnyauntuk berbagai perspektif yang terdapatdidalam sosiologi gunadapat  menyuguhkan kontribusi yang baik untuk upaya mendalami sikap-sikap sosial penduduk selakudentuk nyata dari pelaksanaan beragam keyakinan dan doktrin-doktrin keagamaan yang telah ada. Akan tetapi, pembahasan sosiologis tentang berbagai fenomena keagamaan yang berkembang dimasyarakat selama ini cenderung terpusat disekitar permasalahan fungsi ganda agama bagi masyarakat, yaitu fungsi integratif dan disintegratif.[30]

 Metode Antropologi

Pada metode antropologi mempelajari tentang agama merupakan suatu gejala budaya, karena budaya sebagai hakikat dari manusia yang bersosial-budaya. Atho Mudzar berpendapat bahwa terdapat lima hal yang dapat dipelajari dari studi agama yaitu:
1.      Scripture yaitu sumber dan ajaran agama.
2.      Seorang pimpinan agama.
3.      Ritus yaitu lembaga keagamaan.
4.      Sarana dan prasarana peribadatan.
5.      Organisasi keagamaan.
Hal diatas termasuk hal yang dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan antropologis, karena kelima hal ini memiliki unsur kebudayaan yang berasal dari diri manusia.
Amin Abdullah berpendapat tahapan dalam pendekatan antropologis didalam penelitian kajian agama mempunyai empat ciri fundamentaldiantaranya:
1. Deskriptif: Pendekatan antropologis berawal dan diawali dari kerja lapangan (field work), berhubungan dengan individu dan atau penduduk (kelompok) setempat yang dipantaupada kurun waktu yang cukup lama, dan iniilah yang disebut dengan deskriptif..
2. Lokal Praktis: Pendekatan antropologis disertai praktik konkrit dan nyata di lapangan. Yaitu, dengan ikut praktik padakejadian-kejadian penting dalam kehidupan, seperti kelahiran, pernikahan, kematian dan pemakaman.
 3. Keterkaitan antar domain kehidupan secara lebih utuh (connections across social domains) : Pendekatan antropologis mencari hubungan antardomain kehidupan sosial secara lebih utuh. Yaitu, hubungan antarwilayah ekonomi, sosial, agama, budaya dan politik.Hal ini dikarenakan hampir tidak ada satu pun domain wilayah kehidupan yang dapat berdiri sendiri dan terlepas tanpa terkait dengan wilayah domain kehidupan yang lainnya.
4. Komparatif (Perbandingan) : Pendekatan antropologis –perlu- melakukan perbandingan dengan berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama.

Metode Psikologis

Pendekatan ini dimaksudkan guna mencari kaitan serta pengaruh anatara sang penganut agama tersebut dengan agama yang dianutnya maupun sebaliknya yaitu antara agama yang dianut dengan penganut agama tersebut. Kebanyakan psikolog Islam meyakini adanya dimensi yang sakral, spiritual, super-natural yang tidak empiris yang akan mampu untuk menhipnotis pemikiran dan jiwa manusia.Akan tetapi, para psikolog non muslim berpendapat berbeda dan sangat menentang pendapat tersebut.Para psikolog ini mereka akan menjelaskan kejadian keagamaan seseorang tanpa harus berpatokan pada kenyataan super-natural yang ada, sedangkan para psikolog muslim kenyataan itu bisa menjadi salah satu faktor yang akan mempengaruhi kejiwaan pada manusia.[31] Pemaknaan dari agama melalui pendekatan psikologis sudah berkembang dan menjadi sebuah cabang ilmu pengetahuan yang biasa disebut dengan psikologi agama. Objek kajian dari cabang ilmu ini adalah manusia, yaitu tingkah lakunya tentang prose keagamaannya dalam kehidupannya. Karena cabang ilmu ini memang tidak diperuntukan guna mempelajari benar atau tidaknya sebuah ajaran agama. Dalam metode ini punjuga tidak menjelaskan tentang kebenaran dari sebuah agama apakah berasal dari Tuhan atau tidak.
Oleh karena itu, metode psikologis tidak berhak menentukan benar salahnya suatu agama karena ilmu pengetahuan tidak memiliki teknik untuk mendemonstrasikan hal-hal seperti itu, baik sekarang maupun waktu yang akan datang. Selain dari pada itu, ilmu pengetahuan juga memiliki  empirical scince, yaitu mengandung sebuah kebenaran dan tersusun secara teratur dengan menggunakan kajian ilmiah. Kebanaran yang dimaksud disini adalah suatu kebenaran yang bisa dirasakan dengan menggunakan indera manusia. Sumber-sumber penting guna mengambil data dari pendekatan psikologi diantaranya:
1. Pemaparan dari sebuah pengalaman yang dialami orang lain.
2. Dari diri kita berdasarkan apa yang kita alami
3. Dari biografi seseorang.






















Kesimpulan

Islam adalah agama yang ajarannya diwahyukan oleh Allah SWT. Kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Sumber ajarannya meliputi berbagai sumber kahidupan manusia.Islam merupakan agama yang terakhir dan sebagai penutup semua agama yang telah ada. Untuk mengetahui Islam lebih mendalam maka muncullah ilmu yang dinamakan Studi Islam. Secara sederhana, Studi Islam adalah suatu hal yang mengacu pada pembelajaran tentang agama islam.[32] Untuk memahami dan memperdalam tentang ajaran Islam kita perlu mempelajari ilmu Metodologi Sudi Islam.
Ruang lingkup Metodologi Studi Islam yaitu meliputi, pertama, Islam sebagai doktrin dari Tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolute, dan diterima apa adanya.Kedua, Islam sebagai gejala budaya. Ketiga, Islam sebagai bentuk interaksi sosial masyarakat.
Di Indonesia Islam adalah agama yang menjadi agama mayoritasyang diyakini oleh kebanyakan masyarakat. Oleh sebab itu keberadaanya bisa sangat menentukan bagaimana kedepannya Indonesia dimasa depan. Apabila negeri ini mengalami kemajuan maka hal ini menunjukan kemajuan dari agama Islam itu sendiri. Namun apabila negeri ini mengalami kemunduran maka hal itu pula yang akan menunjukan wajah umat Islam di Indonesia saat itu. Karena itu “di pundak merekalah tanggung jawab kemajuan bangsa ini”.














Daftar Pustaka

Abidin, Zain. “ISLAM INKLUSIF: TELAAH ATAS DOKTRIN DAN SEJARAH,” t.t., 19.
Abidin, Zainal. “ISLAMIC STUDIES DALAM KONTEKS GLOBAL DAN PERKEMBANGANYA DI INDONESIA” 20, no. 01 (2015): 16.
Ahmad Zarkasi. “METODOLOGI STUDI AGAMA-AGAMA.” Al-AdYa XI, no. 1 (Juni 2016).
Duksi Intizar. “Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf Metode-Metode Muslim Klasik).” Intizar 20, no. 2 (2014).
Fitriyani. “ISLAM DAN KEBUDAYAAN” 12, no. 1 (Juni 2012).
Ibrahim, Duski. “Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf Metode-Metode Muslim Klasik)” 20, no. 2 (2014): 20.
Jamal, Misbahuddin. “KONSEP AL-ISLAM DALAM AL-QUR’AN,” t.t., 28.
Kurniasih, Apri. “PENDEKATAN STUDI ISLAM DI PERGURUAN TINGGI ISLAM,” 2013, 14.
Rianie, Nurjannah. “PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM,” t.t., 13.
———. “PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM,” t.t., 13.
RUSLI. “ISU-ISU GENDER DALAM BINGKAI METODOLOGI STUDI ISLAM.” Musawa 14, no. 1 (23 Juni 2012).
Sucipto, Jl Marsda Adi. “Social Interaction in Muslim Diversity of Giri Asih Community, Gunung Kidul Yogyakarta” 29, no. 2 (2014): 11.
Zarkasi, Ahmad. “METODOLOGI STUDI AGAMA-AGAMA,” t.t., 16.















[1]Fitriyani, “ISLAM DAN KEBUDAYAAN” 12, no. 1 (Juni 2012).
[2]RUSLI, “ISU-ISU GENDER DALAM BINGKAI METODOLOGI STUDI ISLAM,” Musawa 14, no. 1 (23 Juni 2012).
[3]Zainal Abidin, “ISLAMIC STUDIES DALAM KONTEKS GLOBAL DAN PERKEMBANGANYA DI INDONESIA” 20, no. 01 (2015): 16.
[4]Nurjannah Rianie, “PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM,” t.t., 13.
[5]Ahmad Zarkasi, “METODOLOGI STUDI AGAMA-AGAMA,” Al-AdYa XI, no. 1 (Juni 2016).
[6]Duski Ibrahim, “Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf Metode-Metode Muslim Klasik)” 20, no. 2 (2014): 20.
[7]Misbahuddin Jamal, “KONSEP AL-ISLAM DALAM AL-QUR’AN,” t.t., 28.
[8]Jamal.
[9]Zain Abidin, “ISLAM INKLUSIF: TELAAH ATAS DOKTRIN DAN SEJARAH,” t.t., 19.
[10]Jl Marsda Adi Sucipto, “Social Interaction in Muslim Diversity of Giri Asih Community, Gunung Kidul Yogyakarta” 29, no. 2 (2014): 11.
[11]“ISLAM DAN KEBUDAYAAN.”
[12]Abidin, “ISLAM INKLUSIF: TELAAH ATAS DOKTRIN DAN SEJARAH.”
[13]Abidin.
[14]Abidin.
[15]“ISLAM DAN KEBUDAYAAN.”
[16]Sucipto, “Social Interaction in Muslim Diversity of Giri Asih Community, Gunung Kidul Yogyakarta.”
[17]Sucipto.
[18]Nurjannah Rianie, “PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM,” t.t., 13.
[19]Duksi Intizar, “Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf Metode-Metode Muslim Klasik),” Intizar 20, no. 2 (2014).
[20]Ibrahim, “Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf Metode-Metode Muslim Klasik).”
[21]“Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf Metode-Metode Muslim Klasik).”
[22]Ibrahim, “Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf Metode-Metode Muslim Klasik).”
[23]“Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf Metode-Metode Muslim Klasik).”
[24]Ibrahim, “Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf Metode-Metode Muslim Klasik).”
[25]Apri Kurniasih, “PENDEKATAN STUDI ISLAM DI PERGURUAN TINGGI ISLAM,” 2013, 14.
[26]Ahmad Zarkasi, “METODOLOGI STUDI AGAMA-AGAMA,” t.t., 16.
[27]Zarkasi.
[28]Zarkasi.
[29]Zarkasi.
[30]Zarkasi.
[31]Zarkasi.
[32]“ISU-ISU GENDER DALAM BINGKAI METODOLOGI STUDI ISLAM.”

Candra Fitriyanto Soarang pemuda yang menyukai sastra namun kuliah pada prodi matematika.

Belum ada Komentar untuk "Makalah Ruang Lingkup Metodologi Studi Islam penulis antika wijayanti"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel