Kedudukan Metodologi Studi Islam Diantara Mata kuliah Lain

Kedudukan Metodologi Studi Islam Diantara Mata kuliah Lain

Kedudukan Metodologi Studi Islam Diantara Mata kuliah Lain

11. Diah Ayu Agustina
Institut Agama Islam Negeri (Iain) Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara, Metro, Lampung 34111

Abstract
The role of Islamic education becomes very crusial, especially when emphasizhed on efforts to develop its positive potential. The positive potential of humans is through an educational process that is expected by humans to be able to develop their thinking so as to create motivation and creative power that can also produce an activity (sciens) an engineer new fidings in various fields. Thus humans can make themselves as cultured an civilized beings. To achive this goal the educational process must always be directed to the development of potential individuals. So that humans can understand and know their identity and responbilities as living beings.

Keywords: the purpose of Islamic education, development potential, school

Abstrak
Peran pendidikan islam menjadi sangat krusial, terutama apabila dititik beratkan pada upaya mengmbangkan potensi positifnya. Potensi positif manusia itu melalui proses pendidikan yang diharapkan manusia mampu mengembangkan pemikirannya sehingga dapat menciptakan motivasi dan daya kreasi yang juga dapat menghasilkan sebuah aktivitas (ilmu pengetahuan) dan merekayasa temuan-temuan baru dalam berbagai bidang. Dengan demikian manusia dapat menjadikan dirinya sebagai makhluk yang berudaya dan beradab. Untuk mencapai maksud tersebut proses pendidikan harus selalu di arahkan pada usaha pengembangan potensi inividu, sehingga manusia dapat memahami dan mengetahui jati diri dan tanggung jawabnya sebagai makhluk hidup.

Kata kunci: Tujuan Pendidikan Agama Islam, pengembangan potensi, sekolah

Pendahuluan
Dalam konsep pendidikan modern seperti saat ini, telah terjadi pergeseran pendidikan dari pendidikan di keluarga yang telah bergeser kependidikan di sekolah, dari sekolah dasar hingga bangku perkuliahan dengan guru atau dosen sebagai tenaga professional yang menyalurkan pengetahuannya. Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan di sekolah merupakan tumpuan utama masyarakat untuk menuntut penanganan oleh tenaga professional.
Secara umum pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengembangkan karakter dan membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.        Pendidikan juga merupakan sarana edukasi yang mengajarkan penerapan nilai-nilai sosial di masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan sangatlah penting teruama pendidikan islam.
Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Tidak secara kebetulan, jika lima ayat pertama yang di wahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam surat al-‘Alaq, dimuali dengan iqra’ yang memiliki arti Bacalah. Selain itu, pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an yang terkait dengan pendidikan pun dapat kiita jumpai dalam berbagai ayat dan surat dengan berbagai macam ungkapan, pernyataan, pertanyaan, dan kisah.     Berbagai pernyataan atau bahkan kisah didalam Al-Qur’an itu mengandung pendidikan atau pembelajaran yang sangat penting bagi manusia.
Berbicara dengan pendidikan islam di Indonesia, sangatlah erat hubungannya dengan masuknya islam ke Indonesia. Dalam konteks ini Mahmud Yunus (dalam  Nizar,  2009,  hlm.  341) mengatakan, bahwa pendidikan islam sama tuanya dengan masuknya isla ke Indonesia. Hal ini dikarenakan banyak pemeluk agama islam yang ingin mendalami ajaran-ajaran islam, seperti tata cara sholat yang benar, berdo’a yang dihijabah, dan membaca kitab suci Al-Qur’an sehingga menyebabkan rasa ingin tahu, dan proses belajar, meskipun dalam pengertian yang sederhana. Dari sinilah mulai muncul pendidikan islam, dimana yang pada mulanya mereka belajar di rumah, mushola, masjid, kemudian  berkembang menjadi pondok pesantren. Seiring perkembangan zaman timbul madrasah bahkan perguruan tinggi islam hingga saat ini.
Metodologi studi islam (methodology Islamic of studies) berkaitan erat dengan pendidikan islam di bangku perkuliahan. Dalam pendidikan islam, Metodologi Studi Islam memiliki kedudukan yang sangat penting diantara mata kuliah lain. Kedudukan studi islam sangat penting dalam mencapai tujuan, karena ia menjadi sarana yang dibutuhkan mahasiswa untuk menerjemahkan materi pelajaran yang telah tersusun dalam kurikulum perkuliaahan, sehingga dapat mudah dipahami atau di serap oleh mahasiswa menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah laku.
Seorang mahasiwa dituntut untuk dapat mengembangakan program pembelajaran yang optimal, sehingga dapat terwujud proses belajar yang efektif dan menghasilkan pemikiran yang kreatif.Mereka juga dituntut untuk mengembangkan pemikirannnya agar dapat di parktikkan di masyarakat.
Dalam kajian MSI sangat erat kaitannya dengan pembelajaran islam. Didalam pembelajaran islam mahasiswa harus mengetahui lebih mendalam tentang islam itu sendiri. Mahasiswa adalah tingkatan proses pembelajaran tertinggi sehingga itu menuntut mahasiswa untuk lebih apresiatif, kreatif, dan berwawasan luas. Dosen memiliki peran sebagai fasilitator yang menyediakan segala program yang akan dipelajari oleh mahasiswa, maka dosen dan mahasiswa harus dapat bekerjasama untuk dapat menciptakan keadaan yang selaras seperti proses pembelajaran pada umunya.
Terkait dengan pembelajaran islam di perguruan tinggi, mahasiswa juga wajib memperoleh haknya, seperti program kurikulum yang disajikan oleh fasilitator atau dosen pengampu. Kaktifan mahasiswa menjadi penilaian yang penting dalam proses pembelajaran di bangku perkuliahan. Mahasiswa dituntut menjadi pribadi yang aktif, dan kreatif agar proses pembelajaran itu berkembang karena mahasiswa akan menerapkannya di kehidupan nyata atau di kehidupan bermasyarakat.
Islam berkembang pesat seiring perkembangan zaman. Dan seiring perkembangan zaman Islam masuk ke Indonesia.

Metode
            Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini adalah pendekatan yang bersifat umum, dan berubah-ubah sesuai dengan situasi di lapangan. Sugiyono (2011,  hal.  12) menjelaskan bahwa “metode ini disebut juga metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi ter-hadap data yang di temukan di lapangan”. Selanjutnya Putra dan Lisnawati (2012,  hal.  28) menyebutkan “desain penelitian kualitatif biasanya bersifat sangat fleksibel”. Dengan demikian desain hanya dapat digunakan sebagai asumsi untuk melakukan penelitian, oleh karena itu desain penelitian kualitatif bersifat fleksibel dan terbuka.[1]
            Pada jurnal ini penulis juga menggunakan tekhnik pengumpulan data studi literatur. Tekhnik ini dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi yang terkait dengan masalah penelitian yang dikaji dan juga mengmpulkan sumber-sumber berupa jurnal dan buku yang relevan dengan permasalahan dan dimaksudkan untuk memperoleh data yang dapat menunjang penelitian.
            Sugiyono (2011, hlm. 13) menjelaskan sebagai alat instrumen, “peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkontruksi situasi social yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna”. Dengan kata lain peneliti menjadi instrument utama penelitian. Maka dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, dan pengumpul data yang kemudian data yang telah terkumpul akan di interpretasikan.
            Pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada penelitian kepustakaan tetapi referensi kita dari rangkaian jurnal-jurnal yang telah di berikan referensinya oleh dosen pengampu. Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu dengan kajian objek kedudukan MSI diantara mata kuliah lain.
            Dengan adanya metode penelitian ini memberi banyak sekali ilmu. Kita sebagai mahasiswa menjadi menegrti secara mendalam apa itu pedidikan islam khusunya di bangku perkuliahan. Pendidikan islam di bangku perkuliahan memberikan banyak sekali manfaat bagi mahasiswa terutama dalam hal berperilaku, berpakaian, bahakan berbicara sekalipun itu telah ditetapkan aturannya di dalam ajaran islam. Jadi, mahasiswa dapat menjaga segala tingkah lakunya, perkataanya, baik dengan teman sebaya bahkan dengan dosen.
            Metode-metode yang digunakan untuk megkaji materi ini sangat menarik. Kita dapat mengetahui apa saja yang dikaji di dalam pendidikan islam, dari tingkatan-tngkatan yang berbeda. Dari mulai seolah dasar hingga perguruan tinggi.

Pembahasan
Metodologi studi islam
            Dari segi metodologis, islam memiliki dua wajah yaitu islam sebagai suatu ajaran dan doktrin, dan islam sebagai pengetahuan dan nilai sosiologis. Dari suatu sisi islam dianggap sebagai sisi yang tertutup dan dari sisi lain tak jarang pula yang menganggapnya sebagai sisi yg terbuka.
            Metodologi adalah masalah yang sangat penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ilmu, metode yang benar untuk mencari sebuah kebenaran adalah lebih utama dari ilmu-ilmu lain sperti sains, filsafat, atau yang hanya memiliki bakat.
            Tekhnnik dan proses untuk mendapat sebuah ilmu  pengetahuan bisa di tentukan berlandaskan disiplin ilmu yang dikajinya, oleh sebab itu dalam menentukan sebuah disiplin ilmu haruslan ditentukan cara yang relevan dengan disiplin itu sendiri. Masalah yang dihadapi dalam sebuah proses verivikasi merupakan bagaimana cara kajian dan tekhnik dalam menggumpulkan dan juga menganalisis data agar kesimpulan yang disimpulkan memenuhi persyaratan berfikir secara induktif. Penetapan cara mengkaji dan juga tekhnik ini biasa disebut sebagai metodologi penelitian atau disebut metodologi kajian.5
            Selain pengertian itu,metodologi merupakan tentang bagaimana cara atau metode-metode, jadi metode penelitian merupakan pengetahuan tentang berbagai cara atau metode yang di pakai dalam proses sebuah penelitian.5  Louay safi menjelaskan bahwa metodologi sebagai sebuah bidang penelitian ilmiah yang berhubungan dengan penjelasan tentang sebuah cara-cara yang dipakai dalam proses mengkaji sebuah kejadian atau fenomena alam, manusia ataupun dengan kata lain mmetodologi merupakan sebuah bidang penelitian ilmiah yang membetulkan, menggambarkan, dan juga membahas atau menjelaskan aturan-aturan, prosedur atau cara-cara sebagai sebuah metode ilmiah.6
            Istilah metodologi studi islam dipakai ketika seseorang ingin membahas suatu ruang lingkup ragam metode yang biasanya dipakai dalam pengkajian studi islam. Misalnya, kajian berupa metode normatif, filosofis, historis, komparatif, dan lain-lain. Metodologi studi islam sendiri mengenal sebuah metode atau cara itu sebatas teoristis. Seorang yang mempelajari metodologi studi islam juga belom menerapkannya dalam sebuah praktik. Mereka masih dalam tahap memepelajarinya secara teoristis bukan dengan praktis.
            Untuk bisa memahami islam secara subtantif sehingga ajaran islam itu sendiri mampu menjadi sebuah solusi alternatif dalam sebuah kondisi atau situasi. Pentingnya metodologi studi islam sebagai sebuah faktor fundamental dalam renaisans bahkan juga bisa dikatakan yang menjadi penyebab stagnasi dan kemajuan merupakan bukan karena adanya atau tidaknya orang yang memiliki kejeniusan, namun karena metode penelitian dan juga cara memandang sesuatu.7
            Dalam metode yang tepat merupakan masalah yang utama yang harus diusahakan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Dengan itu Mukti Ali berpendapat, metode merupakan masala yang sangat penting dalam sebuah sejarah perkembangan ilmu.
            Oleh sebab itu, metode mempunyai peranan sangat penting dalam kemunduran maupun kemajuan. Mukti ali berpendapat tentang pentingnya metodologi ini, ia mengatakan bahwa yang membawa dan menentukan masa kebodohan dan stagnasi atau kemajuan bukanlah karena ada ataupun tidaknya orang yang memiliki kejeniusan, akan ttapi karna metode penelitian dan cara ataupun tekhnik memandang sesuatu.

Ruang Lingkup metodologi studi islam
            Untuk dapat lebih mudah dalam proses memahammi metodologi studi islam, kita perlu untuk memahami dari ruang lingkup tersebut. Menurut Abu Ahmadi dalam karangan bukunya “didagtik dan metodik” mengatakan bahwasannya ruang lingkup pendidikan islam pada dasarnya mengaju pada lima hal seperti dibawah ini:
1.      Perencanaan
Perncanaan merupakan suatu kegiatan yang dijalankan sebelum melakukan suatu hal.
2.      Bahan pembelajaran
Bahan dapat disebut juga dengan materi maksudnya adalah sesuatu yang di berikan kepada mahasiswa pada saat berjalannya proses belajar mengajar.
3.      Strategi pembelajaran
Strategi berarti rencana yang cermat tentang sebuah kegiatan utuk dapat mencapai tujuan ataupun sasaran tertentu. Dengan kata lain, strategi pembelajaran merupakan tekhnik atau taktik yang dipakai untuk menjalan praktek belajar dikelas.
4.      Media pembelajaran
Media dapat disebut juga sebagai alat. Yaitu sebuah sarana yang dapat membantu proses belajar mengajar ataupun menetapkan alat penilaian yang paling tepat untuk dapat menilai tujuan atau sasaran tersebut.

5.      Evaluasi
Evaluasi atau penilaian pada dasarnya merupakan proses pmbelian pertimbangan ataupun nilai berdasarkan criteria tertentu.[2]

Urgenitas Metodologi Studi Islam
            Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tangga 17 Agustus 1945, banyak terjadi perubahan pada bidang pendidikan. Perubahan yang dilakukan ini cukup mendasar, yaitu tentang pnyesuaian dasar dan tujuan pendidikan, sistem persekolahan, dan isi pendidikan itu sesuai dengan aspirasi bangsa untuk mmberikan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada rakyak Indonesia. (Djojonegoro, 1996, hlm. 72).
            Pada tanggal 29 Desember 1945 BPKNIP mengusulkan kepada Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan agar secepat mungkin mengusahakan pembaharuan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan rencana pokok pendidikan baru. (Djojonegoro, 1996, hlm. 73)
            Poin-poin tersebut berisi tentang perubahan pedoman pendidikan dan pengajaran. Selain itu diatur juga sistem pembayaran mulai dari sekolah rendah, menengah, dan tinggi sehingga rakyat yang kurang mampu pun dapat menerima haknya yakni bisa mengenyam  pendidikan yang layak.
            Salah satu poin penting dalam usulan tersebut adalah tentang pengajaran agama di sekolah. Pendidikan rendah adalah pendidikan sekolah dasar yang sejak awal kemerdekaan telah ada dan disebut Sekolah Rakyat (SR). Semula lama pendidikan ini adalah tiga tahun kemudian diubah menjadi enam tahun. Pndirian SR dimaksudkan untuk meningkatkan taraf pendidikan dan menampung hasrat yang besar dari mereka yang ingin bersekolah.
            Sejak awal kemerdekaan, harapan dan perjuangan umat islam untuk memajukan pendidikan islam mulai mendapatkan masanya. Pendidikan islam untuk umum mulai diatur secara resmi oleh pemerintah pada bulan Desembeer 1946. Sebelum itu pendidikan agama digunakan sebagai pengganti pendidikan budi pekerti yang sudah ada jauh sebelum kemerdekaan.
            Di tengah-tengah berkobarnya revolusi fisik, pemerintah Republik Indonesia tetap mebina pendidikan Islam. Pendidikan tersebut secara formal dipercayakan kepada Departemen Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Oleh sebab itu, dikeluarkanlah peraturan-peraturan anatara kedua Departemen tersebut untuk mmengelola pendidikan agama di sekolah-sekolah umum baik neggeri maupun swasta.
            Upaya tersebut dimasukkan kedalam pendidikan Agama Islam sebagai suatu mata pelajaran di sekolah umum yang  pernah dilakukan namun selalu gagal. [3]
            Keberadaan perguruan tinggi islam sebagai lembaga pendidikan tertinggi yang berada di bawah naungan kemetrian Agama berfungsi sebagai sarana pembelajaran agama islam tingkat tinggi dan menjadi pusat pengembangan dan pendalaman ilmu pengetahuan agama islam bagi mahasiswa. Pada perkembangannya terutama untuk memenuhi tuntutan perkembangan zaman yang semakin modern ini, perguruan islam diharapkan mampu menghasilkan sarjanawan dan sarjanawati yang responsive terhadap tantangan zaman, dan kejadian-kejadian yang ada didalam kehidupan bermsayarakat.
Menurut Azyumardi Azra, terdapat dua tantangan yang harus di hadapi dan sekaligus menjadi tantangan perguruan tinggi islam kedepannya, yaitu yang disebut dengan harapan social (social expectation) dan harapan akademis.
Untuk keperluan tersebut, sistem pendidikan yang dilaksanakan di perguruan tinggi islam ini tidak lagi mengajarkan ilmu-ilmu tradisonal kepada mahasiswa. Pengajaran ilmu-ilmu islam di perguruan tinggi islam juga dibarengi dengan penalaran terhadap berbagai ilmu-ilmu modern,baikilmu sosial maupun ilmu alam.[4]Akan tetapi, pemanfaatan metodologi studi islam belum sepenuhnya menjadi acuan analisis bagi mahasiswa. Seiring perkembangan zaman penggunaan metodologi sebagai acuan ilmu dasar keislaman berangsur-angsur menurun. Kemudian berkembanglah yang dinamakan taqlid (“mengekor tanpa pegangan”). Karya-karya orisinil sudah sangat sulit untuk ditemukan, bahkan para ilmuwan pun dikala itu seakan sepakat dengan kemapanan yang telah mereka raih sehingga tidak ada energy baru untuk melajutkan kemapanannya. Mulai zaman satnigasi ini berakhirlah “riwayat hidup” metodologi dalam ilmu-ilmu keislamaan sampai abad ke-13 H/pertengahan abad ke-20 M (zaman kebangkitan kembali islam). Pada zaman ini islam mulai bangkit dan berkembang kembali di Indoonesia. Hal ini di tandai dengan digalakkannya kembali kajian-kajian ilmu filsafah dengan segala cabang khususnya pada perguruan tinggi islam terutama IAIN. Disiplin-disiplin keislaman inilah yang diwariskan sebagai kekayaan intelektual  islam pada masa klasik yang lahir dari pengumpulan mereka dari sumber ajaran islam dan pengalaman-pengalaman islam dalam sejarah.[5]
Tidak bisa dipungkiri bahwa Metodologi Studi Islam ini berkaitan dengan agama. Betapa agama mmendasarkan wahyu sebagai sumber pengetahuan yang paling utama yang menyajikan konsep-konsep pengtauan yang ghaib, dalam upaya mengajak kepada pmeluknya untuk mengimani atau percaya terhadap kebenaran informasi-informasi yang abstrak, turut serta menyertakan pndapat-pendapat yang dibangun menggunakan penalaran yang rasional. Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa beserta sifat-sifat ketuhanan-Nya.
Dalam Islam, pilar-pilar utama ajaran Islam yang secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu akidah, muamalah dan etika. Dalam perkembangannya menjadi ilmu-ilmu keagamaan seperti ilmu kalam, tasawuf, dan fiqih. Hal tersebut dapat dipahami bahwa wahyu sebagai sumber ajaran yang merupakan bahasa Tuhan yang harus di bumikan dalam artian dijelaskan dalam bahasa manusia. Oleh karena itu, upaya menurunkan makna dan nilai-nilai ajaran yaitu Al-Qur’an dan hadits yang bersifat metaforis dengan metode penalaran perlu dilakukan, agar konsep –konsep yang masih bersifat abstrak tersebut dapat di terima oleh cara berfikir manusia.[6]
Metodologi studi islam ini sebagai contoh disiplin ilmu baru dalam kurikulum nasional pada program studi Strata Satu (S1) pada Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) diseluruh Indonesia.[7]


Nilai nilai pendidikan islam
            Islam merupakan bagian penting yang ikut serta membentuk dan mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia. Keberhasilan islam menembus kehidupan masyarakat Indonesia serta menjadikan dirinya menjadi agama yang utama adalah sebuah prestasi yang luar biasa mengingat posisi geografi Indonesia yang jauh dari wilayah dimana islam berasal yakni jazirah Arab. Karena jarak tersebut, tidak di temukan pada awal masuk dan dimulainya penyebaran Islam di Nusantara suatu metode atau organisasi dakwah yang dinggap mapan dan efektif dalam memperkenalkan Islam kepada masyarakat luas. Berkembangnya Islam mempengaruhi dimensi kehidupan masyarakat di Indonesia, sekaligus menjadi konsep awal lahirnya pendidikan Islam di Indonesia.[8]
            Pendidikan Islam di Indoneisa berkembang pesat seiring perkembangan zaman. Agama Islam dapat diterima dalam kehidupan bangsa Indonesia karena islam  dikembangkan melalui kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia kala itu, kemudian berkembang pesat di Indonesia hingga saat ini. Islam membawa banyak perubahan di Indonesia. Islam juga menyebarkan pengaruhnya dengan sangat baik, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang menerima islam sebagai agama mereka.
            Studi Islam di sebarkan melalui masjid pada saat nabi Muhamad SAW dan para sahabat masih hidup. Pusat-pusat Islam menurut Ahmad Amin terletak di Makkah dan Madinah. Studi Islam dilakukan di Chicago Unversity. Chicago University menyajikan tentang menerjemahkan buku-buku bahasa Arab, bagaimana kajian islam diawasi, dan juga bagaimana sejarah Islam.
            Dalam islam ilmu telah ditulis di dalam Al-Qur’an. Beragama yaitu berilmu sama halnya berilmu yaitu beragama. Karena itu antara yang beraga dan berilmu itu saling berkaitan. Didalam Islam, ilmu adalah pengetahuan dari pikiran yang di dapat dengan sungguh-sungguh dari para ilmuwan muslim yang mengkaji masalah dunia maupun asalah akhrat dengan berpedoman dengan Al-Qur’an.
            Yang sedang dialami Islam lain ceritanya dengan yang dialami agama lain pada saat dulu karena antara agama dan ilmu itu saling tolak menolak. Itu dibuktikan dengan diberikannya hukuman bari para ilmuwan karena mengkaji bersebrangan dengan pendapat gereja. Banyak pula ilmuwan-ilmuwan yang tidak melibatkan agama dalam temuan-temuan mereka, kareena bagi mereka tidak adanya ketertarikan mereka dengan Tuhan dari sisi manapun, termasuk dalam hal pencipta dan pengatur alam semesta.
            Pendidikan ditujukan kepada manusia untuk mengembangkan ilmu pngetahuannya agar bermanfaat untuk memanfaatkan sumber-sumber alam, untuk keluar dari kebodohan, sehingga mnciptakan kemakmuran, dan membuat kedamaian. Al-Qur’an memerintahkan kepada kita agar selalu bersyukur dengan apa yang telah diberikan alam semesta dan sejarah manusia secara mendalam untuk bisa diambil hikmahnya dan dapat diterapkan dalam kehidupan.
            Dimasa modern ini, umat islam berada pada garis keredupan karena semakin terkikisnya ilmu agama disekitar umat islam, dan dunia Barat ikut andil ditengah-tengah ilmu pngetahuan dan tekhnologi. Hal ini disebabkan karena: 1)  kurangnya kesadaran menuntut ilmu, hingga umat islam mengalami ketertinggalan dalam pengetahuan. 2) karena Barat yang sekarang menjadi maju di bidang ilmu pengetahuan maupun tekhnlogi, tidak selalu positif bahkan ada negatifnya yakni terlalu mencintai ciptaan Allah SWT, mementingkan diri sendiri, sampai mengonsumsi hal-hal yang dilarang oleh Allah.
            Dimasa modern ini, Barat juga membangun Institute of Islamic Studies yang didirikan oleh Wilfred Cantwell Smith seorang ahli agama yang berpengaruh. Yang terkenal dengan Institusi pengkajian Islam di Barat.
            Bagi umat Islam dengan kemajuan ilmu pengetahuan Barat menjadi suatu permasalahan yang perlu diatasi. Kemajuan Barat termasuk dalam penaklukan dunia. Perluasan Islam yang kian meredup malah digantikan barat yaitu dengan cara melakukan penyebaran kekuasaannya melalui tekhnologi dan ilmu pengetahuan. Kekuasaan Barat itu berada di dalam ilmu pengetahuan, dimana mereka menguasai dengan menggunakan kajian-kajian Barat.
            Ilmu pengetahuan Islam menurut Sayyed Husen Nasr yaitu ilmu pengetahuan yang dikaji oleh ilmuwan Islam ketika abad kedua hijriah. Oleh sebab itu ilmu pengetahuan ikut serta dalam perkembangan pengetahuan modern, namun tetap terikat dengan aturan aturan Islam.
            Berkembangnya Ilmu pengetahuan di periode pertengahan karena adanya sadar dan kekuatan. Pendidikan Islam merupakan landasan. Sebab itu, munulah tokoh-tokoh dan penemu-penemu di berbagai bidang keilmuan. Dari ilmu pengetauan yang di berikan para ilmuwan Islam banyak yang menjadi karya besar sebagai acuan para ilmuwan Barat untuk berkembang. Akan tetapi kemajuan Islam dari segi keilmuan juga sangat luas termasuk dibidang pendidikan.[9]
            Islam juga disebut sebagai masa pembaharuan. Masa abbasiyah merupakan awal mula terjadinya kontak antara islam dengan kebudayaan Barat yaitu kebudayaan Yunani. Salah satu pembaharuuan dibidang itu adalah pembaharuan dalam bidang bahasa. Ketika bahasa agama atau bahasa Arab digunakan salah satunya adalah untuk menerjemahkan penemuan-penemuan buku-buku bahasa Arab melebihi bahasaYunani ddan bahasa Persia. Bahasa Arab digunakan sebagai ilmu pengetahuan karena sumber dari pengetahuan banyak sekali yang menggunakan bahasa Arab.
            Dari dulu hingga sekarang kebudayaan mengalami banyak perubahan. Bahasa Arab merubah kebudayaan mereka yang dulu yang selalu percaya dengan mitos dan meluruskannya. Di sejarah Islam, Islam pernah mencapai masa kejayaan karena menghasilkan atau menemukan yang sekarang telah di kembangkan oleh Barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kemudian penemu-penemu Islam memberikan penemuan mereka yang masih terikat dengan aturan ajaran Islam.[10]

Islam Sebagai disiplin ilmu
            Islam merupakan agama yang diturunkan Allah SWT kepada hamba-hamba Nya melalui Rasul-Rasul Nya. Islam memuat seperangkat nilai-nilai yang berfungsi sebagai acuan dalam bersikap dan bertingkah laku. Aktualisasi nilai dalam bentuk prilaku yang benar akan berdampak positif, pahala, dan surga, sedangkan praktek nilai yang salah akan berdampak salah, dosa dan neraka. Seluruh cakupan nilai ini telah termaktub di dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah, walaupun cakupannya masih bersifat umum dan tidak sampai membahas masalah-masalah tekhnik operasional hingga mendetail.[11] Nilai merpakan esensi yang melekat pada sesuatu yang dibutuhkan manusia dan sangat berarti bagi kehidupan manusia. Esensi belum berarti sebelum adanya manusia, namun tidak berarti munculnya esensi karena manusia yang membutuhkan. Hanya saja makna esnsi tersebut semakin mengalami peningkatan oleh daya tangkap dan pemaknaan manusia itu sendiri. Hal yang sama sesuai pendapat syam, bahwa nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga seccara obyektif di dalam masyarakat. Nilai ini meruapakan suatu realita yang sah sebagai suatu cita-cita yang benar dan berlawanan dengan cita-cita palsu atau bersifat khayali (Noor Syam,  1986 : 133).[12]
Salah satu keistimewaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain adalah kemmampuannya dalam melawan instinknya. Selain itu manusia juga memiliki kemauan bebas (free will). Oleh Allah SWT manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Ia tidak hanya berbentuk fisik ataupun psikisnya saja akan tetapi dilengkapi oleh ruh yang berasal dari diri-Nya.[13]
Tiupan ruhNya ini yang menjadikan manusia dapat memanivestasikan sifat-sifatNya dibumi. Adanya ruh ini menyebabkan manusia tampil beda an keberadaannya menjadi sangat mungkin paling berkualitas dibaningkan makhluk Allah lainnya seperti malaikat.[14] Keunggulan inilah yang menyebabkan manusia mampu memikul beban dan tanggung jawab yang di berikan oleh Allah sebagai ujian atasNya.
            Kaitannya dengan khalifah dibumi, manusia dituntut agar dapat mengemban amanat secara baik dan penuh tanggung jawab serta menempatkan dirinya dengan konsekuen dan proporsional ddalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan  dengan lingkungan alam. Sejalan dengan fungsinya itu maka manusia dianugerahi berbagai potensi yang dapat dikemabangkan melalui arahan yang berkesinambungan. Hal ini menandakan bahwa manusia dapat berpotensi dididik, mengembangkan potensinya, sekaligus mampu mengembangkan dirinya (Lodge: 1974: 23).
Berkaitan dengan potensi manusia, berdasarkan penjelasan Al-Qur’an bahwa di dalam diri manusia terdapat potensi yang baik dan juga potensi yang buruk. Potensi tersebut antara lain adalah potensi untuk tumbuh dan berkembang secara fisik (QS. 23: 12-14) dan juga potensi untuk tumbuh dan berkembang secara mental spiritual, melalui kemampuan utuk berbicara (QS. 55: 4), menguasai ilmu pengetahuan tertentu dengan mempelajari ilmu kalam dan segala apa yang tidak manusia ketahui (QS. 96: 4-5), dan kemampuan untuk mengenal tuhan atas dasar perjanjian awal di dalam ruh dalam bentuk kesaksian (QS. 7: 172).[15]
            Selain potensi yang baik atau positif manusia juga di bekali potensi yang lain yang berpeluang untuk mengarah ke hal-hal negatif, baik berupa sikap maupun tindakan yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain. Potensi tersebut bias saja ditampilkan dalam bentuk kecenderungan manusia untuk berlaku dzolim dan mengingkari nikamt (QS. 14: 34), tidak berterima kasih dan putus asa (QS. 11: 9), sombong apabila telah berkecukupan (QS. 3: 181), cenerung lalai atas tugs dan tanggung jawabnya (QS. 21: 12).
Kecenderungan potensi negatif ini pada saatnya pasti akan membawa kerugian pada manusia dan juga menghambat kekhlifahannya. Karena sebagai makhluk alternatif manusia dituntut untuk selalu berupaya dalam mengatasi segala hambatan an meminimalisir sekecil mungkin potensi-potensi negatif yang ada pada dirinya serta tidak larut dalam bawaan dorongan negatif yang suatu saat pasti akan menghancurkannya.
Bagian terpenting dari manusia adalah akal. Karena akal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Kreatifitas manusia tidak akan pernah lahir apabila manusia tidak memiliki akal. Adanya akal menyebabkan manusia dapat berkembang dan juga mengalami banyak perubahan dan kemajuan dalam hidupnya. Mahluk selain manusia cara hidupnya selalu tetap, statis, an juga tiak mengalami perubahan dan kemajuan dihidupnya. Seperti contoh burung, cara hidup burung dari seribu tahun yang lalu hingga saat ini burung selalu mencari makan di pagi hari dan pulang setelah senja tiba, mereka tidak pernah berfikir untuk membuat lumbung atau bercocok tanam menggunakan model pertanian modern. Hal ini disebabkan karena burung tiak memiliki akal untuk berfikir. Oleh karena itu ketajaman akal manusia harus di asah lagi dengan melalui pendidikan.[16]
Islam merupakan satu-satunya disiplin yang bereksistensi, yang melahirkan beberapa disiplin ilmu psikologi karenanya, bukan suatu cabang ilmu yang bereksistensi sendirian, tetapi salah satu pendekatan studi islam yang mengungkap islam pada perguruan tinggi atau universitas.[17]

Kedudukan metodologi studi islam
            Di dalam UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga Negara Indonesia harus memperoleh pendidikan yang baik dan berkualitas untuk dapat mewujudkan kecerdasan kehidupan bangsa Indonesia kedepannya. Pendidikan agama yang di laksanakan di sekolah merupakan bagian yang integral untuk mecapai tujuan pendiikan nasional. Pendidikan agama islam sering disebut penidikan yang di laksanakan sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Secara kuantitatif telah menyumbang banyak terhadap peningkatan kehidupan keagamaan.[18]
Pendidikan agama merupakan komponen materi dasar yang wajib di sajikan pada seluruh jenjang pendidikan, baik dari RA sampai perguruan tinggi. Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 pasal 39 ayat 2 didalamnya menjelaskan bahwa Undang-Undang telah mengikat semua orang untuk memperoleh pendidikan agama secara layak dan memadai sehingga secara resmi. Setiap orang yang mengenyam pendidikan pasti  mengalami proses pembentukan supaya menjadi manusia yang bertaqwa, kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Namun demikian bukan berarti bahwa pelaksanaan pendidikan agama itu telah memenuhi keseluruhan cita-cita kebangsaan. Dalam kenyataan pengamatan penulis bahwa pendidikan agama islam sepenuhnya berlangsung pada alur yang mampu mengantarkan mahasiswa pada pengamalan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran. Namun, pendidikan agama belum sepenuhnya diarahkan pada proses pembentukan yang komprehensip sebagai makna dari pendidikan islam itu sendiri. Pendidikan agama ditegaskan (Hasan Walinono:  1991) tidak hanya berlaku sebagai mata kuliah agama yang menyangkut kepada bagian kognitif, tetapi dengan meminjam istilah (bloom:1956) sekaligus menyemntuh pada bagian afektif dan psikomotorik berupa penghayatan dan pengamalan agma islam. Itu berarti bahwa pendidikan bukan semata-mata hanya mata kuliah dan seelesai pada penyampaian pengetahuan tentang al-islam, melainkan melatih dan menuntun pengamalan apa yang diajari dan menciptakan suasana keagamaan dalam lingkungan kuliah. Kedudukan pendidikan islam pada dasarnya menjadi poin penting dan pusat dalam pelaksanaan pendidikan untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi pinggiran. Tidak sedikit orang yang memandang dan memperlakukan pendidikan agama sebagai irritant, sesuatu yang menjadi penghalang atau pengganggu kelancaran penguasaan pengetahuan dan pencapaian akademik. Pendidikan agama sering dianggap sesuatu yang tidak memliki nilai paksa dalam proses pendidikan secara keseluruhan, sehingga diremehkan. Ini sesuatu yang eronis dalam perjuangan menuju cita-cita dan tujuan dari pendidikan nasional kita.[19]       
Kedudukan studi Islam sangatlah penting peranannya dari semua ilmu yang menyangkut aspek islam, karena studi islam adalah dasar seseorang dalam beragama. Mempelajari studi Islam diharapkan dapat mengarahkan kita untuk membuat upaya-upaya pembaharuan dalam pemikiran ajaran-ajaran Islam yang merupakan warisan doktrin yang dianggap sudah siap, agar mampu beradaptasi serta mampu mnjawab tantangan zaman sekaligus modernisasi dunia dengan tetap berpegang teguh pada sumber ajaran Islam yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Kesimpulan
            Pendidikan islam bertujuan untuk mendidik setiap individu agar memiliki jiwa yang bersih dan suci, agar mampu menjalin hubungan tterus menerus kepada Allah SWT, mengantar individu untuk mencapai kematangan emosional, mendidik individu untuk bertanggung jawab, menumbuhkan dalam diri individu rasa keterkaitan dengan komunitasnya, dan sebagainnya.
            Pendidikan Islam juga menuntut mahasiswa menjadi kreatif dan juga aspiratif dalam hal keislaman. Mahasiswa harus mengetahui sejarah perkembangan Islam dan bagaimana prkembangan Islam di Indonesia.
            Dengan demikian pendidikan islam memiliki kedudukan lebih diantara mata kuliah lain, karena telah terbukti bahwa pendidikan islam mampu mengubah karakter mahasiswa dengan pendekatan-pendekatan islami yang termaktub kedalam program kurikulum perkuliahan. Progam ini menjadikan mahasiswa semakin memiliki kreativitas dan mengembangkannya dalam bentuk pola piker yang statis. Mahasiswa pun di tuntut untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan agama, sehingga mahasiswa selalu menerapkan kedisiplinan termasuk disiplin ilmu. Hal trsebut menjadikan mahasiswa menjadi pribadi yang baik dan menjadi pribadi social di masyarakat..
























Daftar pustaka
“Dedi dan Rahayu-ISLAM DAN DIALAOG ANTAR KEBUDAYAAN.pdf,”t.t.
“Fikri et al. - PERKEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SEKOL.pdf,” t.t.
“Hanafiah - REVITALISASI METODOLOGI DALAM STUDI.pdf,” t.t.
“Institut Agama Islam Muhammadiyah Bima and Umar - 2016 - EKSISTENSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA (PERSPEKS.pdf,” t.t.
“kedudukan msi5.pdf,” t.t.
Kurniasih, Apri. “PENDEKATAN STUDI ISLAM DI PERGURUAN TINGGI ISLAM,” 2013, 14.
“Manizar - 2018 - OPTIMALISASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH.pdf,” t.t.
“Mujib - 2005 - PENGEMBANGAN PSIKOLOGI ISLAM MELALUI PENDEKATAN ST.pdf,” t.t.
“Su’dadah - 1970 - KEDUDUKAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEK.pdf,” t.t.
Benny-STUDI ISLAM DENGAN PENDEKATAN FILOSOFIS.pdf,”t.t.





[1]“Fikri et al. - PERKEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SEKOL.pdf,” t.t., 174.
[2]“Abdul Razak-Metodologi Studi Islam, (Bandung, pustaka serta, 2008)” hlm. 68
[3]“Fikri et al. - PERKEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SEKOL.pdf,” 175–77.
[4]Apri Kurniasih, “PENDEKATAN STUDI ISLAM DI PERGURUAN TINGGI ISLAM,” 2013, 79–80.
[5]“Hanafiah - REVITALISASI METODOLOGI DALAM STUDI.pdf,” t.t., 295.
[6]“Benny-STUDI ISLAM DENGAN PENDEKATAN FILOSOFIS.pdf.”49-50
[7]“Hanafiah - REVITALISASI METODOLOGI DALAM STUDI.pdf,” 294.
[8]“Institut Agama Islam Muhammadiyah Bima and Umar - 2016 - EKSISTENSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA (PERSPEKS.pdf,” t.t., 16–17.
[9]“Dedi dan Rahayu-Islam dan dialaog antar kebudayaan.pdf,”hal. 274-277
[10]“Dedi dan Rahayu-Islam dan dialaog antar kebudayaan.pdf,”hal.272-273
[11]“Mujib - 2005 - PENGEMBANGAN PSIKOLOGI ISLAM MELALUI PENDEKATAN ST.pdf,” t.t., 1.
[12]“Su’dadah - 1970 - KEDUDUKAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEK.pdf,” t.t., 149.
[13]“Su’dadah - 1970 - KEDUDUKAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEK.pdf,” 150.
[14]“kedudukan msi5.pdf,” t.t.
[15]“Su’dadah - 1970 - KEDUDUKAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEK.pdf,” 150.
[16]“Su’dadah - 1970 - KEDUDUKAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEK.pdf,” 150–51.
[17]“Mujib - 2005 - PENGEMBANGAN PSIKOLOGI ISLAM MELALUI PENDEKATAN ST.pdf.”
[18]“Manizar - 2018 - OPTIMALISASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH.pdf,” t.t., 259.
[19]“Manizar - 2018 - OPTIMALISASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH.pdf,” 259.

Candra Fitriyanto Soarang pemuda yang menyukai sastra namun kuliah pada prodi matematika.

Belum ada Komentar untuk "Kedudukan Metodologi Studi Islam Diantara Mata kuliah Lain"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel