Kedudukan Metodologi Studi Islam Diantara Mata kuliah Lain
Kamis, 03 September 2020
Tulis Komentar
11. Diah Ayu Agustina
Institut Agama Islam Negeri
(Iain) Metro
Abstract
The role of Islamic education becomes very crusial,
especially when emphasizhed on efforts to develop its positive potential. The
positive potential of humans is through an educational process that is expected
by humans to be able to develop their thinking so as to create motivation and
creative power that can also produce an activity (sciens) an engineer new
fidings in various fields. Thus humans can make themselves as cultured an
civilized beings. To achive this goal the educational process must always be
directed to the development of potential individuals. So that humans can
understand and know their identity and responbilities as living beings.
Keywords: the purpose of Islamic education,
development potential, school
Abstrak
Peran
pendidikan islam menjadi sangat krusial, terutama apabila dititik beratkan pada
upaya mengmbangkan potensi positifnya. Potensi positif manusia itu melalui
proses pendidikan yang diharapkan manusia mampu mengembangkan pemikirannya
sehingga dapat menciptakan motivasi dan daya kreasi yang juga dapat
menghasilkan sebuah aktivitas (ilmu pengetahuan) dan merekayasa temuan-temuan
baru dalam berbagai bidang. Dengan demikian manusia dapat menjadikan dirinya
sebagai makhluk yang berudaya dan beradab. Untuk mencapai maksud tersebut
proses pendidikan harus selalu di arahkan pada usaha pengembangan potensi
inividu, sehingga manusia dapat memahami dan mengetahui jati diri dan tanggung
jawabnya sebagai makhluk hidup.
Kata kunci: Tujuan Pendidikan Agama Islam,
pengembangan potensi, sekolah
Pendahuluan
Dalam konsep
pendidikan modern seperti saat ini, telah terjadi pergeseran pendidikan dari
pendidikan di keluarga yang telah bergeser kependidikan di sekolah, dari
sekolah dasar hingga bangku perkuliahan dengan guru atau dosen sebagai tenaga
professional yang menyalurkan pengetahuannya. Hal ini mengandung makna bahwa
pendidikan di sekolah merupakan tumpuan utama masyarakat untuk menuntut
penanganan oleh tenaga professional.
Secara umum
pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengembangkan karakter dan membina
kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Pendidikan juga merupakan sarana edukasi
yang mengajarkan penerapan nilai-nilai sosial di masyarakat. Oleh karena itu,
pendidikan sangatlah penting teruama pendidikan islam.
Islam adalah agama
yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Tidak secara
kebetulan, jika lima ayat pertama yang di wahyukan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW dalam surat al-‘Alaq, dimuali dengan iqra’ yang memiliki arti Bacalah. Selain itu, pesan-pesan yang
terkandung dalam Al-Qur’an yang terkait dengan pendidikan pun dapat kiita
jumpai dalam berbagai ayat dan surat dengan berbagai macam ungkapan,
pernyataan, pertanyaan, dan kisah. Berbagai
pernyataan atau bahkan kisah didalam Al-Qur’an itu mengandung pendidikan atau
pembelajaran yang sangat penting bagi manusia.
Berbicara dengan
pendidikan islam di Indonesia, sangatlah erat hubungannya dengan masuknya islam
ke Indonesia. Dalam konteks ini Mahmud Yunus (dalam Nizar,
2009, hlm. 341) mengatakan, bahwa pendidikan islam sama
tuanya dengan masuknya isla ke Indonesia. Hal ini dikarenakan banyak pemeluk agama
islam yang ingin mendalami ajaran-ajaran islam, seperti tata cara sholat yang
benar, berdo’a yang dihijabah, dan membaca kitab suci Al-Qur’an sehingga
menyebabkan rasa ingin tahu, dan proses belajar, meskipun dalam pengertian yang
sederhana. Dari sinilah mulai muncul pendidikan islam, dimana yang pada mulanya
mereka belajar di rumah, mushola, masjid, kemudian berkembang menjadi pondok pesantren. Seiring
perkembangan zaman timbul madrasah bahkan perguruan tinggi islam hingga saat
ini.
Metodologi studi
islam (methodology Islamic of studies)
berkaitan erat dengan pendidikan islam di bangku perkuliahan. Dalam pendidikan
islam, Metodologi Studi Islam memiliki kedudukan yang sangat penting diantara
mata kuliah lain. Kedudukan studi islam sangat penting dalam mencapai tujuan,
karena ia menjadi sarana yang dibutuhkan mahasiswa untuk menerjemahkan materi
pelajaran yang telah tersusun dalam kurikulum perkuliaahan, sehingga dapat
mudah dipahami atau di serap oleh mahasiswa menjadi pengertian-pengertian yang
fungsional terhadap tingkah laku.
Seorang mahasiwa
dituntut untuk dapat mengembangakan program pembelajaran yang optimal, sehingga
dapat terwujud proses belajar yang efektif dan menghasilkan pemikiran yang
kreatif.Mereka juga dituntut untuk mengembangkan pemikirannnya agar dapat di
parktikkan di masyarakat.
Dalam kajian MSI
sangat erat kaitannya dengan pembelajaran islam. Didalam pembelajaran islam
mahasiswa harus mengetahui lebih mendalam tentang islam itu sendiri. Mahasiswa
adalah tingkatan proses pembelajaran tertinggi sehingga itu menuntut mahasiswa
untuk lebih apresiatif, kreatif, dan berwawasan luas. Dosen memiliki peran
sebagai fasilitator yang menyediakan segala program yang akan dipelajari oleh
mahasiswa, maka dosen dan mahasiswa harus dapat bekerjasama untuk dapat
menciptakan keadaan yang selaras seperti proses pembelajaran pada umunya.
Terkait dengan
pembelajaran islam di perguruan tinggi, mahasiswa juga wajib memperoleh haknya,
seperti program kurikulum yang disajikan oleh fasilitator atau dosen pengampu.
Kaktifan mahasiswa menjadi penilaian yang penting dalam proses pembelajaran di
bangku perkuliahan. Mahasiswa dituntut menjadi pribadi yang aktif, dan kreatif
agar proses pembelajaran itu berkembang karena mahasiswa akan menerapkannya di
kehidupan nyata atau di kehidupan bermasyarakat.
Islam berkembang
pesat seiring perkembangan zaman. Dan seiring perkembangan zaman Islam masuk ke
Indonesia.
Metode
Desain
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini adalah
pendekatan yang bersifat umum, dan berubah-ubah sesuai dengan situasi di
lapangan. Sugiyono (2011, hal. 12) menjelaskan bahwa “metode ini disebut
juga metode interpretive karena data
hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi ter-hadap data yang di
temukan di lapangan”. Selanjutnya Putra dan Lisnawati (2012, hal.
28) menyebutkan “desain penelitian kualitatif biasanya bersifat sangat
fleksibel”. Dengan demikian desain hanya dapat digunakan sebagai asumsi untuk
melakukan penelitian, oleh karena itu desain penelitian kualitatif bersifat
fleksibel dan terbuka.[1]
Pada
jurnal ini penulis juga menggunakan tekhnik pengumpulan data studi literatur.
Tekhnik ini dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi yang terkait
dengan masalah penelitian yang dikaji dan juga mengmpulkan sumber-sumber berupa
jurnal dan buku yang relevan dengan permasalahan dan dimaksudkan untuk
memperoleh data yang dapat menunjang penelitian.
Sugiyono
(2011, hlm. 13) menjelaskan sebagai alat instrumen, “peneliti harus memiliki
bekal teori dan wawasan yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis,
memotret, dan mengkontruksi situasi social yang diteliti menjadi lebih jelas
dan bermakna”. Dengan kata lain peneliti menjadi instrument utama penelitian.
Maka dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, dan
pengumpul data yang kemudian data yang telah terkumpul akan di interpretasikan.
Pada
penelitian ini peneliti memfokuskan pada penelitian kepustakaan tetapi
referensi kita dari rangkaian jurnal-jurnal yang telah di berikan referensinya
oleh dosen pengampu. Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu dengan kajian
objek kedudukan MSI diantara mata kuliah lain.
Dengan
adanya metode penelitian ini memberi banyak sekali ilmu. Kita sebagai mahasiswa
menjadi menegrti secara mendalam apa itu pedidikan islam khusunya di bangku
perkuliahan. Pendidikan islam di bangku perkuliahan memberikan banyak sekali
manfaat bagi mahasiswa terutama dalam hal berperilaku, berpakaian, bahakan
berbicara sekalipun itu telah ditetapkan aturannya di dalam ajaran islam. Jadi,
mahasiswa dapat menjaga segala tingkah lakunya, perkataanya, baik dengan teman
sebaya bahkan dengan dosen.
Metode-metode
yang digunakan untuk megkaji materi ini sangat menarik. Kita dapat mengetahui
apa saja yang dikaji di dalam pendidikan islam, dari tingkatan-tngkatan yang
berbeda. Dari mulai seolah dasar hingga perguruan tinggi.
Pembahasan
Metodologi
studi islam
Dari segi metodologis, islam memiliki dua wajah yaitu islam sebagai
suatu ajaran dan doktrin, dan islam sebagai pengetahuan dan nilai sosiologis.
Dari suatu sisi islam dianggap sebagai sisi yang tertutup dan dari sisi lain
tak jarang pula yang menganggapnya sebagai sisi yg terbuka.
Metodologi
adalah masalah yang sangat penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ilmu,
metode yang benar untuk mencari sebuah kebenaran adalah lebih utama dari
ilmu-ilmu lain sperti sains, filsafat, atau yang hanya memiliki bakat.
Tekhnnik
dan proses untuk mendapat sebuah ilmu
pengetahuan bisa di tentukan berlandaskan disiplin ilmu yang dikajinya,
oleh sebab itu dalam menentukan sebuah disiplin ilmu haruslan ditentukan cara
yang relevan dengan disiplin itu sendiri. Masalah yang dihadapi dalam sebuah
proses verivikasi merupakan bagaimana cara kajian dan tekhnik dalam
menggumpulkan dan juga menganalisis data agar kesimpulan yang disimpulkan
memenuhi persyaratan berfikir secara induktif. Penetapan cara mengkaji dan juga
tekhnik ini biasa disebut sebagai metodologi penelitian atau disebut metodologi
kajian.5
Selain
pengertian itu,metodologi merupakan tentang bagaimana cara atau metode-metode,
jadi metode penelitian merupakan pengetahuan tentang berbagai cara atau metode
yang di pakai dalam proses sebuah penelitian.5
Louay safi menjelaskan bahwa metodologi sebagai sebuah bidang penelitian
ilmiah yang berhubungan dengan penjelasan tentang sebuah cara-cara yang dipakai
dalam proses mengkaji sebuah kejadian atau fenomena alam, manusia ataupun
dengan kata lain mmetodologi merupakan sebuah bidang penelitian ilmiah yang
membetulkan, menggambarkan, dan juga membahas atau menjelaskan aturan-aturan,
prosedur atau cara-cara sebagai sebuah metode ilmiah.6
Istilah
metodologi studi islam dipakai ketika seseorang ingin membahas suatu ruang
lingkup ragam metode yang biasanya dipakai dalam pengkajian studi islam.
Misalnya, kajian berupa metode normatif, filosofis, historis, komparatif, dan
lain-lain. Metodologi studi islam sendiri mengenal sebuah metode atau cara itu
sebatas teoristis. Seorang yang mempelajari metodologi studi islam juga belom
menerapkannya dalam sebuah praktik. Mereka masih dalam tahap memepelajarinya
secara teoristis bukan dengan praktis.
Untuk
bisa memahami islam secara subtantif sehingga ajaran islam itu sendiri mampu
menjadi sebuah solusi alternatif dalam sebuah kondisi atau situasi. Pentingnya
metodologi studi islam sebagai sebuah faktor fundamental dalam renaisans bahkan
juga bisa dikatakan yang menjadi penyebab stagnasi dan kemajuan merupakan bukan
karena adanya atau tidaknya orang yang memiliki kejeniusan, namun karena metode
penelitian dan juga cara memandang sesuatu.7
Dalam
metode yang tepat merupakan masalah yang utama yang harus diusahakan dalam
berbagai cabang ilmu pengetahuan. Dengan itu Mukti Ali berpendapat, metode
merupakan masala yang sangat penting dalam sebuah sejarah perkembangan ilmu.
Oleh
sebab itu, metode mempunyai peranan sangat penting dalam kemunduran maupun
kemajuan. Mukti ali berpendapat tentang pentingnya metodologi ini, ia
mengatakan bahwa yang membawa dan menentukan masa kebodohan dan stagnasi atau
kemajuan bukanlah karena ada ataupun tidaknya orang yang memiliki kejeniusan,
akan ttapi karna metode penelitian dan cara ataupun tekhnik memandang sesuatu.
Ruang
Lingkup metodologi studi islam
Untuk
dapat lebih mudah dalam proses memahammi metodologi studi islam, kita perlu
untuk memahami dari ruang lingkup tersebut. Menurut Abu Ahmadi dalam karangan
bukunya “didagtik dan metodik” mengatakan bahwasannya ruang lingkup pendidikan
islam pada dasarnya mengaju pada lima hal seperti dibawah ini:
1. Perencanaan
Perncanaan merupakan suatu kegiatan yang dijalankan
sebelum melakukan suatu hal.
2. Bahan pembelajaran
Bahan dapat disebut juga dengan materi maksudnya
adalah sesuatu yang di berikan kepada mahasiswa pada saat berjalannya proses
belajar mengajar.
3. Strategi pembelajaran
Strategi berarti rencana yang cermat tentang sebuah
kegiatan utuk dapat mencapai tujuan ataupun sasaran tertentu. Dengan kata lain,
strategi pembelajaran merupakan tekhnik atau taktik yang dipakai untuk menjalan
praktek belajar dikelas.
4. Media pembelajaran
Media dapat disebut juga sebagai alat. Yaitu sebuah
sarana yang dapat membantu proses belajar mengajar ataupun menetapkan alat
penilaian yang paling tepat untuk dapat menilai tujuan atau sasaran tersebut.
5. Evaluasi
Evaluasi atau penilaian pada dasarnya merupakan proses
pmbelian pertimbangan ataupun nilai berdasarkan criteria tertentu.[2]
Urgenitas
Metodologi Studi Islam
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tangga 17 Agustus 1945, banyak
terjadi perubahan pada bidang pendidikan. Perubahan yang dilakukan ini cukup
mendasar, yaitu tentang pnyesuaian dasar dan tujuan pendidikan, sistem
persekolahan, dan isi pendidikan itu sesuai dengan aspirasi bangsa untuk
mmberikan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada rakyak Indonesia.
(Djojonegoro, 1996, hlm. 72).
Pada
tanggal 29 Desember 1945 BPKNIP mengusulkan kepada Kementrian Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan agar secepat mungkin mengusahakan pembaharuan
pendidikan dan pengajaran sesuai dengan rencana pokok pendidikan baru.
(Djojonegoro, 1996, hlm. 73)
Poin-poin
tersebut berisi tentang perubahan pedoman pendidikan dan pengajaran. Selain itu
diatur juga sistem pembayaran mulai dari sekolah rendah, menengah, dan tinggi
sehingga rakyat yang kurang mampu pun dapat menerima haknya yakni bisa
mengenyam pendidikan yang layak.
Salah
satu poin penting dalam usulan tersebut adalah tentang pengajaran agama di
sekolah. Pendidikan rendah adalah pendidikan sekolah dasar yang sejak awal
kemerdekaan telah ada dan disebut Sekolah Rakyat (SR). Semula lama pendidikan
ini adalah tiga tahun kemudian diubah menjadi enam tahun. Pndirian SR
dimaksudkan untuk meningkatkan taraf pendidikan dan menampung hasrat yang besar
dari mereka yang ingin bersekolah.
Sejak
awal kemerdekaan, harapan dan perjuangan umat islam untuk memajukan pendidikan
islam mulai mendapatkan masanya. Pendidikan islam untuk umum mulai diatur
secara resmi oleh pemerintah pada bulan Desembeer 1946. Sebelum itu pendidikan agama
digunakan sebagai pengganti pendidikan budi pekerti yang sudah ada jauh sebelum
kemerdekaan.
Di
tengah-tengah berkobarnya revolusi fisik, pemerintah Republik Indonesia tetap
mebina pendidikan Islam. Pendidikan tersebut secara formal dipercayakan kepada
Departemen Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Oleh sebab itu,
dikeluarkanlah peraturan-peraturan anatara kedua Departemen tersebut untuk
mmengelola pendidikan agama di sekolah-sekolah umum baik neggeri maupun swasta.
Upaya
tersebut dimasukkan kedalam pendidikan Agama Islam sebagai suatu mata pelajaran
di sekolah umum yang pernah dilakukan
namun selalu gagal. [3]
Keberadaan
perguruan tinggi islam sebagai lembaga pendidikan tertinggi yang berada di
bawah naungan kemetrian Agama berfungsi sebagai sarana pembelajaran agama islam
tingkat tinggi dan menjadi pusat pengembangan dan pendalaman ilmu pengetahuan
agama islam bagi mahasiswa. Pada perkembangannya terutama untuk memenuhi tuntutan
perkembangan zaman yang semakin modern ini, perguruan islam diharapkan mampu
menghasilkan sarjanawan dan sarjanawati yang responsive terhadap tantangan
zaman, dan kejadian-kejadian yang ada didalam kehidupan bermsayarakat.
Menurut Azyumardi
Azra, terdapat dua tantangan yang harus di hadapi dan sekaligus menjadi
tantangan perguruan tinggi islam kedepannya, yaitu yang disebut dengan harapan
social (social expectation) dan harapan akademis.
Untuk keperluan
tersebut, sistem pendidikan yang dilaksanakan di perguruan tinggi islam ini
tidak lagi mengajarkan ilmu-ilmu tradisonal kepada mahasiswa. Pengajaran
ilmu-ilmu islam di perguruan tinggi islam juga dibarengi dengan penalaran terhadap
berbagai ilmu-ilmu modern,baikilmu sosial maupun ilmu alam.[4]Akan
tetapi, pemanfaatan metodologi studi islam belum sepenuhnya menjadi acuan
analisis bagi mahasiswa. Seiring perkembangan zaman penggunaan metodologi
sebagai acuan ilmu dasar keislaman berangsur-angsur menurun. Kemudian
berkembanglah yang dinamakan taqlid (“mengekor tanpa pegangan”). Karya-karya
orisinil sudah sangat sulit untuk ditemukan, bahkan para ilmuwan pun dikala itu
seakan sepakat dengan kemapanan yang telah mereka raih sehingga tidak ada
energy baru untuk melajutkan kemapanannya. Mulai zaman satnigasi ini
berakhirlah “riwayat hidup” metodologi dalam ilmu-ilmu keislamaan sampai abad
ke-13 H/pertengahan abad ke-20 M (zaman kebangkitan kembali islam). Pada zaman
ini islam mulai bangkit dan berkembang kembali di Indoonesia. Hal ini di tandai
dengan digalakkannya kembali kajian-kajian ilmu filsafah dengan segala cabang
khususnya pada perguruan tinggi islam terutama IAIN. Disiplin-disiplin
keislaman inilah yang diwariskan sebagai kekayaan intelektual islam pada masa klasik yang lahir dari
pengumpulan mereka dari sumber ajaran islam dan pengalaman-pengalaman islam
dalam sejarah.[5]
Tidak bisa
dipungkiri bahwa Metodologi Studi Islam ini berkaitan dengan agama. Betapa
agama mmendasarkan wahyu sebagai sumber pengetahuan yang paling utama yang
menyajikan konsep-konsep pengtauan yang ghaib, dalam upaya mengajak kepada
pmeluknya untuk mengimani atau percaya terhadap kebenaran informasi-informasi
yang abstrak, turut serta menyertakan pndapat-pendapat yang dibangun
menggunakan penalaran yang rasional. Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa beserta
sifat-sifat ketuhanan-Nya.
Dalam Islam,
pilar-pilar utama ajaran Islam yang secara umum dibagi menjadi tiga bagian
yaitu akidah, muamalah dan etika. Dalam perkembangannya menjadi ilmu-ilmu
keagamaan seperti ilmu kalam, tasawuf, dan fiqih. Hal tersebut dapat dipahami
bahwa wahyu sebagai sumber ajaran yang merupakan bahasa Tuhan yang harus di
bumikan dalam artian dijelaskan dalam bahasa manusia. Oleh karena itu, upaya
menurunkan makna dan nilai-nilai ajaran yaitu Al-Qur’an dan hadits yang
bersifat metaforis dengan metode penalaran perlu dilakukan, agar konsep –konsep
yang masih bersifat abstrak tersebut dapat di terima oleh cara berfikir
manusia.[6]
Metodologi studi
islam ini sebagai contoh disiplin ilmu baru dalam kurikulum nasional pada
program studi Strata Satu (S1) pada Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI)
diseluruh Indonesia.[7]
Nilai
nilai pendidikan islam
Islam
merupakan bagian penting yang ikut serta membentuk dan mewarnai kehidupan
masyarakat Indonesia. Keberhasilan islam menembus kehidupan masyarakat
Indonesia serta menjadikan dirinya menjadi agama yang utama adalah sebuah
prestasi yang luar biasa mengingat posisi geografi Indonesia yang jauh dari
wilayah dimana islam berasal yakni jazirah Arab. Karena jarak tersebut, tidak
di temukan pada awal masuk dan dimulainya penyebaran Islam di Nusantara suatu
metode atau organisasi dakwah yang dinggap mapan dan efektif dalam
memperkenalkan Islam kepada masyarakat luas. Berkembangnya Islam mempengaruhi
dimensi kehidupan masyarakat di Indonesia, sekaligus menjadi konsep awal
lahirnya pendidikan Islam di Indonesia.[8]
Pendidikan
Islam di Indoneisa berkembang pesat seiring perkembangan zaman. Agama Islam
dapat diterima dalam kehidupan bangsa Indonesia karena islam dikembangkan melalui kebudayaan-kebudayaan
yang ada di Indonesia kala itu, kemudian berkembang pesat di Indonesia hingga
saat ini. Islam membawa banyak perubahan di Indonesia. Islam juga menyebarkan
pengaruhnya dengan sangat baik, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang
menerima islam sebagai agama mereka.
Studi
Islam di sebarkan melalui masjid pada saat nabi Muhamad SAW dan para sahabat
masih hidup. Pusat-pusat Islam menurut Ahmad Amin terletak di Makkah dan
Madinah. Studi Islam dilakukan di Chicago Unversity. Chicago University
menyajikan tentang menerjemahkan buku-buku bahasa Arab, bagaimana kajian islam
diawasi, dan juga bagaimana sejarah Islam.
Dalam
islam ilmu telah ditulis di dalam Al-Qur’an. Beragama yaitu berilmu sama halnya
berilmu yaitu beragama. Karena itu antara yang beraga dan berilmu itu saling
berkaitan. Didalam Islam, ilmu adalah pengetahuan dari pikiran yang di dapat
dengan sungguh-sungguh dari para ilmuwan muslim yang mengkaji masalah dunia
maupun asalah akhrat dengan berpedoman dengan Al-Qur’an.
Yang
sedang dialami Islam lain ceritanya dengan yang dialami agama lain pada saat
dulu karena antara agama dan ilmu itu saling tolak menolak. Itu dibuktikan
dengan diberikannya hukuman bari para ilmuwan karena mengkaji bersebrangan
dengan pendapat gereja. Banyak pula ilmuwan-ilmuwan yang tidak melibatkan agama
dalam temuan-temuan mereka, kareena bagi mereka tidak adanya ketertarikan
mereka dengan Tuhan dari sisi manapun, termasuk dalam hal pencipta dan pengatur
alam semesta.
Pendidikan
ditujukan kepada manusia untuk mengembangkan ilmu pngetahuannya agar bermanfaat
untuk memanfaatkan sumber-sumber alam, untuk keluar dari kebodohan, sehingga
mnciptakan kemakmuran, dan membuat kedamaian. Al-Qur’an memerintahkan kepada
kita agar selalu bersyukur dengan apa yang telah diberikan alam semesta dan
sejarah manusia secara mendalam untuk bisa diambil hikmahnya dan dapat
diterapkan dalam kehidupan.
Dimasa
modern ini, umat islam berada pada garis keredupan karena semakin terkikisnya
ilmu agama disekitar umat islam, dan dunia Barat ikut andil ditengah-tengah
ilmu pngetahuan dan tekhnologi. Hal ini disebabkan karena: 1) kurangnya kesadaran menuntut ilmu, hingga
umat islam mengalami ketertinggalan dalam pengetahuan. 2) karena Barat yang
sekarang menjadi maju di bidang ilmu pengetahuan maupun tekhnlogi, tidak selalu
positif bahkan ada negatifnya yakni terlalu mencintai ciptaan Allah SWT,
mementingkan diri sendiri, sampai mengonsumsi hal-hal yang dilarang oleh Allah.
Dimasa
modern ini, Barat juga membangun Institute of Islamic Studies yang didirikan
oleh Wilfred Cantwell Smith seorang ahli agama yang berpengaruh. Yang terkenal
dengan Institusi pengkajian Islam di Barat.
Bagi
umat Islam dengan kemajuan ilmu pengetahuan Barat menjadi suatu permasalahan
yang perlu diatasi. Kemajuan Barat termasuk dalam penaklukan dunia. Perluasan
Islam yang kian meredup malah digantikan barat yaitu dengan cara melakukan
penyebaran kekuasaannya melalui tekhnologi dan ilmu pengetahuan. Kekuasaan
Barat itu berada di dalam ilmu pengetahuan, dimana mereka menguasai dengan
menggunakan kajian-kajian Barat.
Ilmu
pengetahuan Islam menurut Sayyed Husen Nasr yaitu ilmu pengetahuan yang dikaji
oleh ilmuwan Islam ketika abad kedua hijriah. Oleh sebab itu ilmu pengetahuan
ikut serta dalam perkembangan pengetahuan modern, namun tetap terikat dengan
aturan aturan Islam.
Berkembangnya
Ilmu pengetahuan di periode pertengahan karena adanya sadar dan kekuatan.
Pendidikan Islam merupakan landasan. Sebab itu, munulah tokoh-tokoh dan
penemu-penemu di berbagai bidang keilmuan. Dari ilmu pengetauan yang di berikan
para ilmuwan Islam banyak yang menjadi karya besar sebagai acuan para ilmuwan
Barat untuk berkembang. Akan tetapi kemajuan Islam dari segi keilmuan juga
sangat luas termasuk dibidang pendidikan.[9]
Islam
juga disebut sebagai masa pembaharuan. Masa abbasiyah merupakan awal mula
terjadinya kontak antara islam dengan kebudayaan Barat yaitu kebudayaan Yunani.
Salah satu pembaharuuan dibidang itu adalah pembaharuan dalam bidang bahasa.
Ketika bahasa agama atau bahasa Arab digunakan salah satunya adalah untuk
menerjemahkan penemuan-penemuan buku-buku bahasa Arab melebihi bahasaYunani
ddan bahasa Persia. Bahasa Arab digunakan sebagai ilmu pengetahuan karena
sumber dari pengetahuan banyak sekali yang menggunakan bahasa Arab.
Dari
dulu hingga sekarang kebudayaan mengalami banyak perubahan. Bahasa Arab merubah
kebudayaan mereka yang dulu yang selalu percaya dengan mitos dan meluruskannya.
Di sejarah Islam, Islam pernah mencapai masa kejayaan karena menghasilkan atau
menemukan yang sekarang telah di kembangkan oleh Barat dalam bidang ilmu
pengetahuan dan tekhnologi. Kemudian penemu-penemu Islam memberikan penemuan
mereka yang masih terikat dengan aturan ajaran Islam.[10]
Islam
Sebagai disiplin ilmu
Islam
merupakan agama yang diturunkan Allah SWT kepada hamba-hamba Nya melalui
Rasul-Rasul Nya. Islam memuat seperangkat nilai-nilai yang berfungsi sebagai
acuan dalam bersikap dan bertingkah laku. Aktualisasi nilai dalam bentuk
prilaku yang benar akan berdampak positif, pahala, dan surga, sedangkan praktek
nilai yang salah akan berdampak salah, dosa dan neraka. Seluruh cakupan nilai
ini telah termaktub di dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah, walaupun cakupannya masih
bersifat umum dan tidak sampai membahas masalah-masalah tekhnik operasional
hingga mendetail.[11]
Nilai merpakan esensi yang melekat pada sesuatu yang dibutuhkan manusia dan
sangat berarti bagi kehidupan manusia. Esensi belum berarti sebelum adanya
manusia, namun tidak berarti munculnya esensi karena manusia yang membutuhkan.
Hanya saja makna esnsi tersebut semakin mengalami peningkatan oleh daya tangkap
dan pemaknaan manusia itu sendiri. Hal yang sama sesuai pendapat syam, bahwa
nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga
seccara obyektif di dalam masyarakat. Nilai ini meruapakan suatu realita yang
sah sebagai suatu cita-cita yang benar dan berlawanan dengan cita-cita palsu
atau bersifat khayali (Noor Syam, 1986 :
133).[12]
Salah satu
keistimewaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain adalah kemmampuannya
dalam melawan instinknya. Selain itu manusia juga memiliki kemauan bebas (free
will). Oleh Allah SWT manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Ia
tidak hanya berbentuk fisik ataupun psikisnya saja akan tetapi dilengkapi oleh
ruh yang berasal dari diri-Nya.[13]
Tiupan ruhNya ini
yang menjadikan manusia dapat memanivestasikan sifat-sifatNya dibumi. Adanya
ruh ini menyebabkan manusia tampil beda an keberadaannya menjadi sangat mungkin
paling berkualitas dibaningkan makhluk Allah lainnya seperti malaikat.[14]
Keunggulan inilah yang menyebabkan manusia mampu memikul beban dan tanggung
jawab yang di berikan oleh Allah sebagai ujian atasNya.
Kaitannya
dengan khalifah dibumi, manusia dituntut agar dapat mengemban amanat secara
baik dan penuh tanggung jawab serta menempatkan dirinya dengan konsekuen dan
proporsional ddalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan lingkungan alam. Sejalan dengan
fungsinya itu maka manusia dianugerahi berbagai potensi yang dapat
dikemabangkan melalui arahan yang berkesinambungan. Hal ini menandakan bahwa
manusia dapat berpotensi dididik, mengembangkan potensinya, sekaligus mampu
mengembangkan dirinya (Lodge: 1974: 23).
Berkaitan dengan
potensi manusia, berdasarkan penjelasan Al-Qur’an bahwa di dalam diri manusia
terdapat potensi yang baik dan juga potensi yang buruk. Potensi tersebut antara
lain adalah potensi untuk tumbuh dan berkembang secara fisik (QS. 23: 12-14)
dan juga potensi untuk tumbuh dan berkembang secara mental spiritual, melalui
kemampuan utuk berbicara (QS. 55: 4), menguasai ilmu pengetahuan tertentu
dengan mempelajari ilmu kalam dan segala apa yang tidak manusia ketahui (QS.
96: 4-5), dan kemampuan untuk mengenal tuhan atas dasar perjanjian awal di
dalam ruh dalam bentuk kesaksian (QS. 7: 172).[15]
Selain
potensi yang baik atau positif manusia juga di bekali potensi yang lain yang
berpeluang untuk mengarah ke hal-hal negatif, baik berupa sikap maupun tindakan
yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain. Potensi tersebut bias saja
ditampilkan dalam bentuk kecenderungan manusia untuk berlaku dzolim dan
mengingkari nikamt (QS. 14: 34), tidak berterima kasih dan putus asa (QS. 11:
9), sombong apabila telah berkecukupan (QS. 3: 181), cenerung lalai atas tugs
dan tanggung jawabnya (QS. 21: 12).
Kecenderungan
potensi negatif ini pada saatnya pasti akan membawa kerugian pada manusia dan
juga menghambat kekhlifahannya. Karena sebagai makhluk alternatif manusia
dituntut untuk selalu berupaya dalam mengatasi segala hambatan an meminimalisir
sekecil mungkin potensi-potensi negatif yang ada pada dirinya serta tidak larut
dalam bawaan dorongan negatif yang suatu saat pasti akan menghancurkannya.
Bagian terpenting
dari manusia adalah akal. Karena akal inilah yang membedakan manusia dengan
makhluk lain. Kreatifitas manusia tidak akan pernah lahir apabila manusia tidak
memiliki akal. Adanya akal menyebabkan manusia dapat berkembang dan juga
mengalami banyak perubahan dan kemajuan dalam hidupnya. Mahluk selain manusia
cara hidupnya selalu tetap, statis, an juga tiak mengalami perubahan dan
kemajuan dihidupnya. Seperti contoh burung, cara hidup burung dari seribu tahun
yang lalu hingga saat ini burung selalu mencari makan di pagi hari dan pulang
setelah senja tiba, mereka tidak pernah berfikir untuk membuat lumbung atau
bercocok tanam menggunakan model pertanian modern. Hal ini disebabkan karena
burung tiak memiliki akal untuk berfikir. Oleh karena itu ketajaman akal
manusia harus di asah lagi dengan melalui pendidikan.[16]
Islam merupakan
satu-satunya disiplin yang bereksistensi, yang melahirkan beberapa disiplin
ilmu psikologi karenanya, bukan suatu cabang ilmu yang bereksistensi sendirian,
tetapi salah satu pendekatan studi islam yang mengungkap islam pada perguruan
tinggi atau universitas.[17]
Kedudukan
metodologi studi islam
Di
dalam UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga Negara Indonesia harus memperoleh pendidikan
yang baik dan berkualitas untuk dapat mewujudkan kecerdasan kehidupan bangsa
Indonesia kedepannya. Pendidikan agama yang di laksanakan di sekolah merupakan
bagian yang integral untuk mecapai tujuan pendiikan nasional. Pendidikan agama
islam sering disebut penidikan yang di laksanakan sejak sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Secara kuantitatif telah menyumbang banyak terhadap
peningkatan kehidupan keagamaan.[18]
Pendidikan agama
merupakan komponen materi dasar yang wajib di sajikan pada seluruh jenjang
pendidikan, baik dari RA sampai perguruan tinggi. Dalam Undang-Undang No. 2
Tahun 1989 pasal 39 ayat 2 didalamnya menjelaskan bahwa Undang-Undang telah
mengikat semua orang untuk memperoleh pendidikan agama secara layak dan memadai
sehingga secara resmi. Setiap orang yang mengenyam pendidikan pasti mengalami proses pembentukan supaya menjadi
manusia yang bertaqwa, kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Namun demikian
bukan berarti bahwa pelaksanaan pendidikan agama itu telah memenuhi keseluruhan
cita-cita kebangsaan. Dalam kenyataan pengamatan penulis bahwa pendidikan agama
islam sepenuhnya berlangsung pada alur yang mampu mengantarkan mahasiswa pada
pengamalan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran. Namun, pendidikan agama
belum sepenuhnya diarahkan pada proses pembentukan yang komprehensip sebagai
makna dari pendidikan islam itu sendiri. Pendidikan agama ditegaskan (Hasan
Walinono: 1991) tidak hanya berlaku
sebagai mata kuliah agama yang menyangkut kepada bagian kognitif, tetapi dengan
meminjam istilah (bloom:1956) sekaligus menyemntuh pada bagian afektif dan
psikomotorik berupa penghayatan dan pengamalan agma islam. Itu berarti bahwa
pendidikan bukan semata-mata hanya mata kuliah dan seelesai pada penyampaian
pengetahuan tentang al-islam, melainkan melatih dan menuntun pengamalan apa
yang diajari dan menciptakan suasana keagamaan dalam lingkungan kuliah.
Kedudukan pendidikan islam pada dasarnya menjadi poin penting dan pusat dalam
pelaksanaan pendidikan untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi pinggiran. Tidak sedikit orang yang memandang
dan memperlakukan pendidikan agama sebagai irritant, sesuatu yang menjadi
penghalang atau pengganggu kelancaran penguasaan pengetahuan dan pencapaian
akademik. Pendidikan agama sering dianggap sesuatu yang tidak memliki nilai
paksa dalam proses pendidikan secara keseluruhan, sehingga diremehkan. Ini
sesuatu yang eronis dalam perjuangan menuju cita-cita dan tujuan dari
pendidikan nasional kita.[19]
Kedudukan studi
Islam sangatlah penting peranannya dari semua ilmu yang menyangkut aspek islam,
karena studi islam adalah dasar seseorang dalam beragama. Mempelajari studi
Islam diharapkan dapat mengarahkan kita untuk membuat upaya-upaya pembaharuan
dalam pemikiran ajaran-ajaran Islam yang merupakan warisan doktrin yang
dianggap sudah siap, agar mampu beradaptasi serta mampu mnjawab tantangan zaman
sekaligus modernisasi dunia dengan tetap berpegang teguh pada sumber ajaran
Islam yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Kesimpulan
Pendidikan
islam bertujuan untuk mendidik setiap individu agar memiliki jiwa yang bersih
dan suci, agar mampu menjalin hubungan tterus menerus kepada Allah SWT,
mengantar individu untuk mencapai kematangan emosional, mendidik individu untuk
bertanggung jawab, menumbuhkan dalam diri individu rasa keterkaitan dengan
komunitasnya, dan sebagainnya.
Pendidikan
Islam juga menuntut mahasiswa menjadi kreatif dan juga aspiratif dalam hal
keislaman. Mahasiswa harus mengetahui sejarah perkembangan Islam dan bagaimana
prkembangan Islam di Indonesia.
Dengan
demikian pendidikan islam memiliki kedudukan lebih diantara mata kuliah lain,
karena telah terbukti bahwa pendidikan islam mampu mengubah karakter mahasiswa
dengan pendekatan-pendekatan islami yang termaktub kedalam program kurikulum
perkuliahan. Progam ini menjadikan mahasiswa semakin memiliki kreativitas dan
mengembangkannya dalam bentuk pola piker yang statis. Mahasiswa pun di tuntut
untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan agama, sehingga mahasiswa selalu
menerapkan kedisiplinan termasuk disiplin ilmu. Hal trsebut menjadikan
mahasiswa menjadi pribadi yang baik dan menjadi pribadi social di masyarakat..
Daftar
pustaka
“Dedi dan Rahayu-ISLAM DAN DIALAOG ANTAR KEBUDAYAAN.pdf,”t.t.
“Fikri et al. - PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (PAI) DI SEKOL.pdf,” t.t.
“Hanafiah
- REVITALISASI METODOLOGI DALAM STUDI.pdf,” t.t.
“Institut
Agama Islam Muhammadiyah Bima and Umar - 2016 - EKSISTENSI PENDIDIKAN ISLAM DI
INDONESIA (PERSPEKS.pdf,” t.t.
“kedudukan
msi5.pdf,” t.t.
Kurniasih,
Apri. “PENDEKATAN STUDI ISLAM DI PERGURUAN TINGGI ISLAM,” 2013, 14.
“Manizar
- 2018 - OPTIMALISASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH.pdf,” t.t.
“Mujib
- 2005 - PENGEMBANGAN PSIKOLOGI ISLAM MELALUI PENDEKATAN ST.pdf,” t.t.
“Su’dadah
- 1970 - KEDUDUKAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEK.pdf,” t.t.
“Benny-STUDI ISLAM DENGAN PENDEKATAN
FILOSOFIS.pdf,”t.t.
[2]“Abdul Razak-Metodologi Studi Islam, (Bandung,
pustaka serta, 2008)” hlm. 68
[6]“Benny-STUDI ISLAM DENGAN PENDEKATAN
FILOSOFIS.pdf.”49-50
[8]“Institut
Agama Islam Muhammadiyah Bima and Umar - 2016 - EKSISTENSI PENDIDIKAN ISLAM DI
INDONESIA (PERSPEKS.pdf,” t.t., 16–17.
[9]“Dedi dan Rahayu-Islam dan dialaog antar
kebudayaan.pdf,”hal. 274-277
[10]“Dedi dan Rahayu-Islam dan dialaog antar kebudayaan.pdf,”hal.272-273
Belum ada Komentar untuk "Kedudukan Metodologi Studi Islam Diantara Mata kuliah Lain"
Posting Komentar